Ahli Gizi Menganjurkan Pemberian Makanan Berprotein Hewani untuk Anak
Ahli gizi menekankan pentingnya memberikan makanan yang kaya akan berprotein hewani, yang mengandung asam amino esensial, kepada anak-anak untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal mereka.
Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH, seorang guru besar di bidang ilmu gizi kesehatan masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, menyatakan bahwa meskipun protein nabati juga merupakan sumber protein yang baik, namun protein hewani memiliki kandungan asam amino esensial yang lebih lengkap. Hal ini disampaikannya dalam sebuah acara di Jakarta pada hari Kamis.
Bahan makanan seperti ikan, cumi-cumi, udang, kerang, telur, susu, daging unggas, dan daging sapi merupakan contoh sumber protein hewani yang direkomendasikan.
“Makanan-makanan ini memberikan sembilan macam asam amino esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk pertumbuhan fisik dan perkembangan otak,” ujar Sandra.
Namun, menurutnya, hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia lebih cenderung mengonsumsi protein nabati (65,7 persen) daripada protein hewani (34,3 persen).
Dalam survei yang dilakukan pada tahun 2020, rata-rata konsumsi protein hewani di perkotaan adalah 23,71 gram per kapita per hari, sementara di perdesaan adalah 18,21 gram per kapita per hari. Ini berarti bahwa rata-rata konsumsi protein hewani oleh penduduk Indonesia, baik di perkotaan maupun di perdesaan, sekitar 21,29 gram per kapita per hari.
Sandra menyatakan bahwa meskipun ada peningkatan sedikit dalam tingkat konsumsi daging pada tahun 2022 dibandingkan dengan tahun 2020, peningkatan tersebut tidak signifikan. Dia juga mencatat bahwa tingkat konsumsi daging sapi dan unggas masih lebih tinggi daripada tingkat konsumsi ikan, cumi-cumi, udang, dan kerang yang cenderung stagnan, serta tingkat konsumsi telur dan susu yang menurun selama periode yang sama.
Data dari Buletin Konsumsi Pangan Volume 13 Nomor 1 Tahun 2022 yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia lebih banyak mengalokasikan pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi (31,74 persen) daripada untuk daging (4,38 persen), ikan/udang/cumi-cumi/kerang (7,72 persen), serta telur dan susu (4,99 persen).
Menurut Sandra, data ini menunjukkan adanya peluang bagi produsen makanan untuk menghadirkan lebih banyak pilihan bahan makanan segar, seperti daging segar, sebagai alternatif sumber protein hewani bagi masyarakat.