Dr. Andreas Harry, seorang pakar penyakit saraf Indonesia, mendorong penggunaan alat musik sebagai terapi pendukung bagi pasien yang menderita demensia.
Seorang ahli penyakit saraf (neurolog) asal Indonesia, Dr. Andreas Harry, mengatakan bahwa instrumen musik dapat berfungsi sebagai terapi pendukung untuk mengobati penyakit demensia atau kepikunan.
“Musik bisa digunakan sebagai terapi pendukung, dan dapat membantu,” katanya dalam sebuah pernyataan di Jakarta pada hari Rabu, merespons pengaruh musik angklung terhadap pasien demensia yang dibahas dalam sebuah lokakarya.
Lembaga kesehatan terbesar di Qatar, Hamad Medical Corporations (HMC), bekerja sama dengan Alzheimer Indonesia (ALZI) Chapter Qatar, Indonesian Ladies Angklung (ILA), dan KBRI Doha, mengadakan lokakarya pada tanggal 17 September 2023. Tujuan dari lokakarya ini adalah untuk mempromosikan angklung sebagai terapi untuk pasien demensia Indonesia.
Ketua ALZI Chapter Qatar, Kennia Lestariyani Sulis, mengatakan bahwa musik telah lama diakui sebagai alat terapi bagi penderita demensia. Dia menyatakan bahwa gamelan dan angklung adalah dua jenis alat musik yang secara medis dianggap memiliki potensi untuk membantu dalam pengobatan demensia.
Bernyanyi, misalnya, telah lama dianggap sebagai “hiburan untuk otak” dan masih digunakan sebagai terapi pendukung untuk pasien demensia, menurut Dr. Andreas Harry. Berdansa, misalnya, juga memiliki efek yang sama, yaitu menghibur dan dapat berfungsi sebagai terapi pendukung.
Dr. Andreas Harry, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur, dan anggota International Advance Research Association on Alzheimer’s International (AAICAD), mengatakan bahwa aktivitas seperti memasak—yang membuat penderita demensia merasa bahagia—juga dapat bermanfaat sebagai pendukung terapi medis selain memainkan instrumen musik.
Dr. Andreas Harry mengatakan bahwa kegiatan yang membuat pasien demensia senang dan bahagia dapat dianggap sebagai terapi pendukung yang positif dan berguna.