Alasan DPR dan Kemenkeu Sepakat Kurs Rupiah Kembali ke Rp15.000 di Era Prabowo
Pemerintah, melalui Kementerian Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Badan Anggaran DPR RI, telah sepakat bahwa kurs rupiah diperkirakan akan kembali ke level di bawah Rp 16.000/US$ saat Presiden Terpilih Prabowo Subianto mulai menjabat dan menjalankan pemerintahannya.
Berdasarkan dokumen Laporan Panitia Kerja Asumsi Dasar, Kebijakan Fiskal, Pendapatan, Defisit, dan Pembiayaan dalam rangka pembicaraan pendahuluan RAPBN Tahun Anggaran 2025, para wakil rakyat dan pemerintah setuju bahwa kurs rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 15.300-15.900 pada tahun depan.
“Kesepakatan ini telah mempertimbangkan peluang dan risiko yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2024 dan 2025,” demikian kutipan dari dokumen kesepakatan Panja Asumsi Dasar RAPBN 2025, Senin (8/7/2024).
Dokumen tersebut menjelaskan alasan mengapa kurs rupiah akan berada di kisaran bawah Rp 16.000/US$ pada tahun pertama masa jabatan Presiden Prabowo Subianto. Faktor-faktor yang memengaruhi termasuk dinamika eksternal dan kondisi fundamental ekonomi domestik.
Dari sisi eksternal, pemerintah dan DPR menilai bahwa ketidakpastian terkait kebijakan moneter bank sentral AS (The Federal Reserve atau The Fed), kondisi geopolitik global, serta pelemahan kinerja ekonomi global mitra dagang utama Indonesia akan menjadi faktor dominan yang memberikan tekanan pada pergerakan rupiah.
“Meskipun kondisi fundamental ekonomi dalam negeri relatif baik, meningkatnya indeks dolar akibat berbagai faktor tersebut memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah,” tulis Panja Asumsi Dasar.
Namun, pemerintah dan DPR memperkirakan bahwa rupiah akan kembali menguat pada tahun depan berkat terbentuknya pemerintahan baru pasca Pemilu di berbagai negara, termasuk Indonesia. Mereka percaya bahwa kondisi ini akan mengurangi ketidakpastian, sehingga mendorong aktivitas investasi yang sempat tertunda.
“Stance kebijakan moneter di negara-negara maju juga diperkirakan akan mulai longgar, sehingga mengurangi tekanan di pasar keuangan,” ungkap Panja.
Dari sisi domestik, prospek ekonomi nasional yang dianggap masih kuat serta berbagai langkah perbaikan kinerja sektor riil dan industri diharapkan akan membuka peluang investasi langsung dan meningkatkan kinerja ekspor Indonesia, sehingga mendorong masuknya devisa.
“Inflasi yang tetap terjaga rendah juga memberikan ruang bagi kebijakan moneter untuk mendukung kinerja sektor riil,” tulis Panja yang dipimpin oleh Ketua Banggar Said Abdullah dan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu.
Melansir dari Refinitiv pada pekan ini, rupiah menguat 0,58% secara point-to-point (ptp) terhadap dolar AS, melanjutkan penguatannya dari pekan lalu. Pada perdagangan Jumat (5/7/2024), rupiah ditutup menguat 0,31% di level Rp 16.275/US$.
Membaiknya sentimen pasar global dan domestik memberikan dukungan bagi rupiah untuk bergerak lebih stabil. Meski begitu, rupiah masih belum mampu mendekati level psikologis Rp 16.000/US$.