“Pakar Kejiwaan Anak dan Remaja : Anak Rentan Mengalami Adiksi Internet dan Berbagai Gangguan Akibat Penggunaan Berlebihan Internet”, menurut sebuah artikel.
Seorang pakar kejiwaan subspesialis anak dan remaja dari Universitas Indonesia, Dr. Anggia Hapsari, Sp.K.J, Subsp. A.R.(K), mengatakan bahwa anak-anak rentan mengalami adiksi perilaku jika mereka menggunakan internet terlalu lama, yaitu lebih dari empat jam setiap hari.
Dalam kegiatan online bersama awak media pada hari Jumat, dia mengatakan, “Anak sulit mengendalikan dorongan dalam diri mereka, misalnya sulit berhenti bermain game.”
Menurut Anggia, anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, anak-anak yang terlalu banyak menghabiskan waktu di internet berisiko mengalami gangguan pengendalian impuls yang menunjukkan gerakan psikomotor atau vokal yang tak disadari. Anak-anak terlihat berbeda dari anak-anak seumur mereka karena hal ini.
Gangguan subtipe obsesif kompulsif adalah masalah kesehatan lain yang dapat dialami anak-anak. Sebagai contoh, jika anak-anak yang terbiasa bermain gim daring tiba-tiba tidak dapat memainkannya, mereka akan terus mempertimbangkannya. Anak-anak kemudian dapat menanggapi dengan melakukan tindakan tertentu untuk menghilangkan pikiran tersebut dari pikiran mereka.
Selain itu, memungkinkan anak-anak untuk mengakses internet dan gawai tanpa pengawasan dan pengawasan yang baik dapat meningkatkan kemungkinan mereka terkena eksploitasi dan kekerasan daring.
Anggia juga berbicara tentang jenis kekerasan dan eksploitasi baru pada anak yang mungkin tidak disadari oleh orang tua mereka, seperti sexting, yaitu interaksi terkait kekerasan seksual dengan mengirimkan pesan teks, foto, atau video yang eksplisit secara seksual, serta video live.
Menurutnya, dampak terhadap anak yang mengalami kekerasan online dapat membuat mereka merasa malu atas apa yang mereka alami.
Anak-anak yang merasa malu terhadap pengalaman kekerasan cenderung menyalahkan diri sendiri, kata Anggia. Selain itu, mereka berisiko mengalami penyalahgunaan dari orang tua, guru, atau orang lain di lingkungan mereka, dan juga berisiko merasa dikhianati oleh orang-orang yang mereka percayai sebelumnya.
Menurut Anggia, semua ini pada akhirnya dapat menyebabkan berbagai gangguan psikologis lainnya, seperti kecemasan, gangguan perilaku, dan depresi.