Anjuran untuk Penderita Penyakit Ginjal Kronis dalam Memilih Jenis Olahraga
Bandung, Penjuru – Suhardjono, seorang guru besar di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, telah mengeluarkan anjuran penting bagi individu yang menderita penyakit ginjal kronis terkait pilihan olahraga yang aman.
Dalam sebuah diskusi mengenai deteksi dini penyakit ginjal dan menjaga kesehatan ginjal yang diadakan secara daring dari Jakarta pada hari Rabu, Prof. Suhardjono menyarankan agar penderita penyakit ginjal kronis berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olahraga yang sesuai bagi kondisi mereka.
“Sebaiknya bagi individu yang menderita penyakit kronis, disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter, untuk mengetahui olahraga mana yang paling sesuai,” katanya.
Profesor Suhardjono menyampaikan bahwa olahraga yang biasanya direkomendasikan bagi penderita penyakit ginjal kronis adalah latihan kardiovaskular untuk merangsang denyut jantung dan pernapasan, seperti berjalan kaki, jogging, bersepeda, senam, dan berenang, serta latihan ketahanan.
Menurut beliau, latihan kardiovaskular sebaiknya dilakukan selama 30 menit per hari, lima kali seminggu. Namun, disarankan untuk tidak langsung memaksakan diri melakukan olahraga selama 30 menit, melainkan mulai secara perlahan. Kecepatan latihan dapat diatur dari yang santai hingga yang lebih cepat.
Sementara itu, latihan ketahanan dapat dilakukan dengan menggunakan beban seperti barbel atau botol berisi pasir.
Beliau juga menyampaikan bahwa penyakit ginjal kronis ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara bertahap. Profesor Suhardjono menjelaskan 11 tanda umum yang mengindikasikan adanya gangguan fungsi ginjal, seperti tekanan darah tinggi, perubahan frekuensi buang air kecil, adanya darah dalam urine, tubuh lemah, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, sulit konsentrasi, gatal-gatal, sesak nafas, mual dan muntah, serta pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki.
Beliau menekankan bahwa penyakit ginjal dapat dicegah dan sebagian besar dapat diobati jika terdeteksi lebih awal. Oleh karena itu, Profesor Suhardjono mendorong pelaksanaan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi dini gangguan ginjal.