Apakah Pelemahan Rupiah Berpotensi Menyebabkan Inflasi di Indonesia? Ini Kata Pakar!
Unggahan di media sosial mengenai potensi inflasi di Indonesia pada tahun 2024 akibat pelemahan nilai tukar rupiah, khususnya yang diposting oleh pengguna TikTok @epus1912 pada tanggal 15 April 2024, menjadi perbincangan ramai. Dalam unggahannya, @epus1912 menyatakan, “Rupiah melemah di 2024 hampir menyentuh Rp 17.000 seperti Tahun 1998. Jika Rupiah tembus Rp. 20.000 akan terjadi inflasi tinggal tunggu waktu semua harga akan ikut naik.” Dia juga menambahkan, “Akibatnya terlalu banyak Import bahan Pokok Beras, gula, minyak dll padahal Indonesia negara Agraris.”
Pada tanggal 23 April 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatat sebesar Rp 16.206. Pertanyaannya adalah, apakah benar akan terjadi inflasi di Indonesia pada tahun 2024 akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS?
Penjelasan Pakar
Menurut penjelasan dari pakar ekonomi Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dapat menyebabkan apa yang disebut sebagai “imported inflation,” yaitu inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga barang impor. Hal ini terjadi karena kenaikan harga energi, biaya bahan baku, dan logistik dari luar negeri. Bhima menjelaskan bahwa imported inflation dapat terjadi dalam waktu 1-3 bulan karena ada jeda pengiriman barang dari luar negeri. Oleh karena itu, perhatian pemerintah terhadap fenomena ini sangatlah penting.
Inflasi Diperkirakan 4 – 4,5 % pada 2024
Bhima memproyeksikan bahwa terdapat potensi kenaikan inflasi yang cukup tinggi pada tahun 2024, terutama untuk harga pangan seperti beras, kedelai, jagung, bawang putih, dan gandum, karena ketergantungan besar Indonesia pada impor untuk barang-barang tersebut. Dia memperkirakan inflasi di Indonesia pada tahun 2024 bisa mencapai 4-4,5 persen dengan asumsi pelemahan rupiah mencapai level Rp 17.000.
Selain itu, Bhima juga mengungkapkan bahwa dampak dari imported inflation dapat menyebabkan pelaku usaha mencari sumber bahan baku alternatif yang lebih terjangkau, melakukan downsizing produk, atau bahkan menyesuaikan harga. Namun demikian, penyesuaian harga tersebut dapat memicu melemahnya daya beli rumah tangga jika margin keuntungan sudah terlalu kecil.
Dengan demikian, pernyataan tentang potensi inflasi akibat pelemahan rupiah di tahun 2024 tampaknya memiliki dasar yang kuat dari sudut pandang ekonomi, tetapi tentu saja, perlu dipertimbangkan dengan faktor-faktor lainnya dalam situasi ekonomi yang kompleks.