Bahaya Asap Rokok, Meningkatkan Risiko Kanker Paru 20 Kali Lipat
Dr. Ermono Superaya Sp. BTKV, seorang spesialis Bedah Toraks Kardiak dan Vaskular di RSUP Fatmawati, menyatakan bahwa paparan asap rokok meningkatkan risiko kanker paru hingga 20 kali lipat, baik bagi perokok aktif maupun pasif.
Dalam diskusi kesehatan dengan tema “Tumor Paru karena Merokok? Bagaimana Mengatasinya” di Jakarta, Dr. Ermono menjelaskan bahwa rokok mengandung berbagai bahan kimia yang dapat menyebabkan kanker paru. Meskipun merokok memberikan kenikmatan sementara, namun dampaknya dapat berlangsung seumur hidup bagi individu dan keluarganya.
Menurutnya, pria berusia di atas 50 tahun yang sering terpapar asap atau polusi di tempat kerja merupakan kelompok dengan risiko terbesar terkena kanker paru. Wanita, baik yang bekerja maupun ibu rumah tangga, juga berisiko terkena kanker paru akibat paparan asap rokok di rumah meskipun tidak merokok.
Asap rokok, baik yang dihisap langsung maupun yang keluar sebagai asap sampingan, mengandung zat berbahaya seperti karsinogenik dan teratogenik yang dapat menyebabkan tumor paru. Dr. Ermono menekankan bahwa asap rokok tidak hanya meninggalkan bau di mulut, tetapi juga dapat menempel di seluruh lingkungan dan perabotan rumah tangga.
Ia menyarankan untuk melakukan evaluasi dan memperbaiki lingkungan rumah dengan menghentikan kebiasaan merokok di dalam rumah. Dr. Ermono juga mengingatkan bahwa prevalensi perokok semakin menurun, bahkan pada anak usia 5-9 tahun sudah mulai mencoba merokok. Hal ini dapat menyebabkan mereka terkena kanker paru pada usia yang sangat muda karena paparan di lingkungan keluarga.
Selain asap rokok, kanker paru juga dapat disebabkan oleh faktor risiko lain seperti radiasi sinar x-ray, polusi udara, gas radon, penyakit TBC, riwayat tumor dan kanker dalam keluarga, serta paparan asap dari pekerjaan tertentu.
Dr. Ermono mendorong untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi mereka yang memiliki risiko tersebut, serta menghindari segala produk yang menghasilkan asap dari pembakaran. Penggunaan masker untuk menyaring polusi udara dan virus, serta melakukan olahraga untuk memperbaiki pernapasan juga disarankan sebagai langkah preventif.