Bapanas Melanjutkan Penyaluran Bantuan Pangan Beras
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengumumkan bahwa bantuan pangan beras telah kembali disalurkan setelah sempat dihentikan sementara mulai tanggal 8 hingga 14 Februari 2024. Penghentian sementara ini dilakukan untuk menghormati berbagai tahapan Pemilihan Umum dan untuk mendukung kelancaran pesta demokrasi.
“Arief mengatakan bahwa bantuan pangan beras kita lanjutkan kembali mulai hari ini setelah pemungutan suara Pemilu pada tanggal 14 Februari 2024,” demikian pernyataan tertulis yang dirilis di Jakarta pada hari Kamis.
Keterangan ini disampaikan Arief setelah mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam peninjauan stok pangan, terutama beras, di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta.
Arief menjelaskan bahwa bantuan pangan beras seberat 10 kilogram, yang ditujukan kepada 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM) di seluruh Indonesia, merupakan bagian dari program intervensi pemerintah untuk menjaga stabilitas pangan, terutama komoditi beras.
“Ini sangat diperlukan oleh masyarakat kita dan mampu menarik permintaan terhadap beras di pasar. Selain itu, juga ada program Gerakan Pangan Murah (GPM) di berbagai daerah,” ujar Arief.
Arief menyebutkan bahwa hingga tanggal 7 Februari, realisasi bantuan pangan beras yang telah disalurkan kepada sejumlah KPM mencapai 185 ribu ton. Target penyaluran untuk 2 bulan pertama di tahun 2024 adalah sebesar 440 ribu ton.
Sementara itu, untuk Program GPM, Arief menjelaskan bahwa selama bulan Januari 2024 telah dilaksanakan sebanyak 429 kali di 85 kabupaten/kota. Sedangkan untuk bulan Februari, Program GPM ditargetkan dapat dilaksanakan sebanyak 234 kali di 65 kabupaten/kota, dengan kemungkinan peningkatan sesuai dengan kerja sama antara Bapanas dan pemerintah daerah.
Arief juga menjelaskan bahwa selama bulan Januari hingga awal Februari, produksi dan konsumsi beras tidak seimbang, yang menyebabkan harga beras di pasar relatif tinggi karena harga gabah yang juga masih tinggi. Namun, Arief menegaskan bahwa stok beras masih dalam kondisi aman.
“Ketersediaan stok beras cukup. Tugas pemerintah adalah menyeimbangkan antara produksi dan konsumsi beras dari hulu sampai hilir. Jika produksi beras kita mencapai 3,5 juta ton atau lebih pada bulan Maret, harga beras di pasar dapat menjadi lebih stabil,” jelas Arief.
Menurut Arief, faktor yang mempengaruhi harga beras saat ini sulit untuk disamakan dengan dua tahun lalu karena berbagai biaya seperti pupuk, sewa lahan, dan upah tenaga kerja telah mengalami kenaikan.
Dalam kunjungan Presiden ke-7 Republik Indonesia di PIBC, juga turut hadir Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA I Gusti Ketut Astawa, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi, dan Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Pamrihadi Wiraryo.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, menyatakan bahwa ketersediaan stok beras saat ini mencapai 1,180 juta ton yang cukup aman untuk memenuhi kebutuhan beras nasional hingga bulan April 2024.
“Stok beras kami mencapai 1.180.000 ton, cukup untuk memenuhi kebutuhan. Permintaan beras SPHP bisa didobel jika diperlukan. Tambahan untuk bantuan pangan hingga Maret dan April akan mencukupi,” kata Bayu di Jakarta pada hari Selasa, tanggal 13 Februari.
Bayu menjelaskan bahwa stok beras tersebut akan disalurkan dalam bentuk bantuan pangan beras gratis atau beras SPHP yang kemudian dijual sebagai beras komersial.
