Basarnas Bali menyatakan bahwa proses pemantauan kapal ikan KM Sanjaya 86 yang hilang kontak selama sepuluh hari di Selat Bali telah dihentikan hingga saat ini.
Kepala Kantor Basarnas Bali, I Nyoman Sidakarya, mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda kapal tersebut berada di zona penangkapan ikan. Pencarian terus dilakukan di KM Sanjaya 18 dan KM Sanjaya 98. Jika ada indikasi keberadaan kapal, mungkin pemantauan akan dilakukan lebih lanjut.
PT Sentral Benoa Utama, agen kapal pertama yang melaporkan kehilangan KM Sanjaya 86, memberi tahu Basarnas Bali bahwa kapal mengalami kebocoran dan dihantam gelombang.
Surat persetujuan layar untuk berlayar dari Pelabuhan Benoa telah disetujui oleh syahbandar di pelabuhan perikanan pada Kamis (20/7) pukul 16.30 Wita. Namun, kapal seharusnya telah meninggalkan pelabuhan setelah 24 jam dari izin keluar.
Upaya pencarian dilakukan dengan koordinasi antara Basarnas Bali, VTS Benoa, Basarnas Surabaya, dan Basarnas Mataram, serta dibantu dengan pemantauan udara oleh Fly Bali. Namun, tidak ditemukan puing-puing kapal, barang yang mudah mengapung, atau ceceran bahan bakar.
Menurut BMKG, wilayah pencarian mengalami kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, dengan gelombang tinggi mencapai 2,5–4 meter.
Basarnas Bali juga mencoba berkolaborasi dengan bagian SAR lainnya, termasuk Basarnas Pusat, untuk menentukan lokasi KM Sanjaya 86. Namun, hingga sepuluh hari berlalu, belum ada informasi pasti tentang keberadaan KM Sanjaya 86.
Salah satu kapal pencarian dan penyelamatan Basarnas Bali, KN SAR Arjuna 229, belum dapat dikirim karena masih dalam proses perbaikan.