Bawaslu Mengucapkan Terima Kasih atas Kritik dari Film Dokumenter “Dirty Vote”
Lolly Suhenty, anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Republik Indonesia, menyambut baik ulasan film dokumenter “Dirty Vote”.
Di Gedung Bawaslu RI di Jakarta, Senin, dia menyatakan, “Dengan kritik, kami di Bawaslu merasa diingatkan untuk terus meningkatkan kualitas kerja kami. Kritik itu penting bagi kami agar bisa lebih baik lagi dalam menjalankan tugas kami.”
Lolly mengatakan bahwa setelah menonton film tersebut, terutama pada menit ke-57, di mana kritik terhadap kinerja Bawaslu selama Pemilu 2024 dibahas, dia merasa ada sesuatu yang seharusnya lebih jelas disampaikan kepada publik.
Setelah mendengar kritik pada menit ke-57, saya menyadari bahwa ada beberapa hal yang perlu dikomunikasikan dengan lebih jelas kepada masyarakat. Ditambahkannya, “Itu menjadi bahan untuk kami melakukan introspeksi.”
Lolly menjelaskan bahwa Bawaslu telah mengambil tindakan taktis dengan meningkatkan komunikasi informasi kepada publik sebagai tanggapan terhadap film dokumenter tersebut.
Dia menegaskan, “Walaupun demikian, kami ingin menjelaskan bahwa Bawaslu telah menangani kasus-kasus seperti pembagian susu di hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) Jakarta sesuai dengan regulasi yang berlaku.”
Dia menekankan bahwa meskipun Bawaslu telah melakukan apa yang harus dilakukan, publik tetap memiliki keputusan akhir.
Film dokumenter “Dirty Vote”, disutradarai oleh Dandhy Dwi Laksono, bertujuan untuk memberi pelajaran kepada orang-orang yang akan memilih pada Pemilu 2024.
Dandhy menyatakan, “Film ini adalah upaya kami sebagai warga negara untuk memberikan informasi penting sebelum pemilihan tahun 2022.”
Film tersebut cepat mendapatkan banyak perhatian, dan jumlah penontonnya terus meningkat secara pesat di YouTube.
Penerimaan Bawaslu terhadap kritik yang disampaikan melalui film dokumenter “Dirty Vote” menegaskan komitmen mereka untuk terus meningkatkan transparansi dan kualitas kerja demi tercapainya pemilu yang lebih bersih dan adil bagi seluruh rakyat Indonesia.