Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Mengungkapkan Proses Pengiriman Bantuan Kemanusiaan untuk Penanganan Badai Daniel yang Panjang dan Berliku di Libya.
Dalam keterangannya yang disampaikan di Jakarta pada hari Selasa, Abdul menyatakan bahwa pengiriman bantuan kemanusiaan untuk penanganan Badai Daniel di Libya membutuhkan koordinasi dan perundingan yang cukup lama antara BNPB, Kemlu, KBRI, KJRI, dan pihak Libya, serta maskapai penerbangan pada menit akhir.
Abdul menyatakan bahwa ini juga menyebabkan perubahan jadwal pengiriman bantuan dari yang sudah direncanakan sebelumnya.
Pemerintah Indonesia awalnya bermaksud mengirimkan bantuan melalui maskapai penerbangan domestik. Namun, karena sejumlah masalah, rencana tersebut dibatalkan. Salah satunya adalah maskapai penerbangan domestik tidak memiliki asuransi untuk penerbangan ke Libya.
Karena masalah ini, maskapai domestik tidak dapat mengklaim asuransi jika terjadi insiden. Selain itu, maskapai tersebut tidak memiliki izin terbang di wilayah udara yang disebut “Maghreb Afrika Utara”.
Akhirnya, setelah proses yang panjang, bantuan dikirim ke maskapai Terra Avia. Maskapai ini dinilai memenuhi semua persyaratan dan kelengkapan yang diperlukan untuk melakukan misi kemanusiaan ke Libya.
Terra Avia, yang berbasis di Republik Moldova, melayani penerbangan berjadwal dan sewa serta penerbangan khusus untuk haji dan umroh ke Tanah Suci, termasuk pengiriman kargo.
Berbagai jenis tenda yang dikirim termasuk 5 set tenda pengungsi, 100 set tenda keluarga, 20 unit genset 2kVA, 1.000 unit velbed, 500 kasur lipat, 1.500 paket peralatan kebersihan, 5.000 potong pakaian anak, 2.500 potong pakaian dewasa, dan 2.000 potong pakaian dalam.
Selain itu, bantuan ini mencakup 100 kit perlengkapan tukang, 1.000 lembar kain kafan, 1.000 lembar kantong jenazah, 30 unit lampu solar, 5.000 paket rendang kemasan, 5.000 paket susu protein, dan 5.000 paket makanan siap saji.
Alat kesehatan darurat sebanyak enam buah, perlengkapan sanitasi untuk balita sebanyak 65 paket, perlengkapan sanitasi untuk ibu hamil sebanyak 39 paket, perlengkapan sanitasi untuk bayi sebanyak 42 paket, disinfektan sebanyak 60 paket, alat penyemprot disinfektan sebanyak 15 unit, penyuling dan penjernih air sebanyak empat unit, MP ASI sebanyak 1 ton, dan PMT ibu hamil sebanyak 1 ton juga telah dikirim.
Pesawat jumbo jet Boeing 747-400 yang digunakan untuk pengiriman tiba di Bandara Internasional Benina di Benghazi, Libya, setelah perjalanan selama sekitar sebelas jam.
Bantuan awalnya dimaksudkan untuk dikirim ke Tripoli, di bagian barat Libya. Namun, karena berbagai alasan, pesawat akhirnya dikirim ke Benghazi, di bagian timur Libya.