“Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mendukung Riset Hayati untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca dari Sektor Kehutanan di Indonesia.”
Untuk membantu pemerintah Indonesia mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan, badan riset dan inovasi nasional (BRIN) pusat melakukan penelitian hayati.
Untuk mendukung peta jalan FOLU Net-Sink 2030, Chairul Anwar Siregar, Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN, telah menyediakan data dan membentuk kerja sama penelitian dengan 19 kelompok penelitian.
Chairul menyatakan dalam pernyataannya di Jakarta pada hari Jumat bahwa tiga faktor menyebabkan rehabilitasi hutan dan lahan selama ini belum optimal: kurangnya penguasaan pengetahuan dan teknologi, keterbatasan dalam diseminasi informasi dan teknologi, dan minimnya keterlibatan masyarakat.
Ia mencontohkan bahwa dalam hal pemeliharaan, teknologi penanaman, pengolahan tanah, dan menentukan jenis dan persiapan bibit, ada kekurangan pengetahuan dan teknologi.
Chairul menyebutkan beberapa publikasi yang dapat digunakan untuk mendukung tujuan rehabilitasi hutan dan lahan, seperti atlas jenis-jenis pohon untuk rehabilitasi hutan dan lahan di Indonesia, kajian tanaman dan pertumbuhan di daerah pasca tambang, teknologi pembibitan, dan teknologi konservasi tanah dan air.
Pemerintah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan melalui FOLU Net-Sink 2030. Pada tahun 2030, diharapkan tingkat serapan karbon dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya seimbang atau lebih tinggi dari tingkat emisi yang dihasilkan.
Tujuan FOLU Net-Sink 2030 adalah mencapai tingkat emisi gas rumah kaca setara 140 juta ton karbon dioksida.
Menurut Junediono, Kepala Subdirektorat Reboisasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), rehabilitasi hutan dan lahan berbeda. Rehabilitasi hutan diawasi oleh pemerintah pusat, sedangkan rehabilitasi lahan diawasi oleh pemerintah daerah.
Penanaman pohon (vegetatif) dan konservasi tanah dan air adalah bagian dari rehabilitasi hutan.
Selain itu, KLHK telah membuat rencana umum untuk rehabilitasi hutan dan lahan dengan sembilan tujuan, yang mencakup program kerja dan rencana pembiayaan untuk sepuluh tahun ke depan.
Junediono menyimpulkan, “Kami berharap BRIN dapat mendukung kajian dan riset-regenerasi tanaman dalam program rehabilitasi hutan dan lahan. Kami telah melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan di lapangan sepenuhnya melalui metode pemantauan drone dan geotagging sejak tahun 2023.”