BRIN : Fenomena Hari Tanpa Bayang Tidak Menyebabkan Cuaca Panas karena Dilindungi Awan
Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Eddy Hermawan, menjelaskan bahwa fenomena hari tanpa bayang yang terjadi tidak akan memicu cuaca panas yang berlebihan karena saat ini Indonesia sedang mengalami musim basah, dimana awan-awan masih menyelimuti langit.
“Hari tanpa bayang adalah fenomena ketika Matahari berada tepat di posisi paling tinggi di langit. Namun, walaupun Matahari berada tegak lurus, kehadiran awan-awan mengurangi intensitas panas,” jelasnya ketika dihubungi di Jakarta, pada hari Kamis.
Indonesia, dengan posisinya yang berada di sekitar garis ekuator, mengalami dua kali kulminasi utama dalam setahun, yang terjadi tidak jauh dari saat Matahari berada di khatulistiwa.
Eddy menjelaskan bahwa di kota-kota lain, kulminasi utama terjadi saat deklinasi Matahari sama dengan lintang kota tersebut. Di Jakarta, misalnya, fenomena kulminasi utama terjadi pada 4 Maret 2024 pukul 12.04 WIB, dan pada 8 Oktober 2024 pukul 11.40 WIB.
Perlu diketahui bahwa Matahari akan berada tepat di garis Lintang khatulistiwa 0 derajat pada 21 Maret 2024. Berdasarkan data BMKG, wilayah Indonesia yang saat ini mengalami hari tanpa bayang terletak di Nusa Tenggara Timur.
Eddy juga menekankan bahwa di Pulau Jawa, khususnya di Pantai Utara Jawa, terdapat potensi kenaikan suhu udara saat fenomena hari tanpa bayang. Namun, suhu tersebut masih dianggap wajar dengan kisaran antara 27 hingga 31 derajat Celcius, dan di beberapa daerah seperti Bandung, suhu mencapai maksimal 29 derajat Celcius.
“Panas memang ada, tetapi karena keberadaan awan-awan masih cukup banyak, hal itu menjadi penghalang yang efektif. Jangan membayangkan Indonesia seperti di Timur Tengah yang minim awan,” tambahnya.
Eddy juga mengklarifikasi bahwa gerak semu Matahari saat mendekati garis ekuator tidak akan menyebabkan gelombang panas atau heat wave. Gelombang panas biasanya terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus saat Indonesia mengalami musim kemarau. Pada saat itu, laut dan daratan akan menyerap panas Matahari secara maksimal karena kurangnya perlindungan dari awan-awan.