BRIN Membuka Peluang Kolaborasi Riset Farmasi dan Alat Kesehatan dengan Industri
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membuka peluang kerja sama dan kolaborasi riset dengan mitra industri untuk mendorong komersialisasi produk farmasi dan alat-alat kesehatan di Indonesia.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, mengungkapkan bahwa saat ini kebutuhan akan produk farmasi dan alat kesehatan di Indonesia masih didominasi oleh produk impor. “Kami ingin mempercepat sinergi antara industri farmasi, industri alat kesehatan, dengan para peneliti, serta regulator seperti BPOM dan Dirjen Farmakes Kementerian Kesehatan,” ungkapnya dalam sebuah acara di Jakarta pada hari Kamis.
Handoko juga berbagi pengalaman saat menghadapi situasi pandemi COVID-19 di mana pasokan bahan baku obat hampir kosong akibat lonjakan permintaan dari masyarakat. Sebagai tanggapannya, BRIN menempatkan riset kesehatan sebagai salah satu program prioritas dalam Program Riset Nasional periode 2023-2024. “Kami ingin menciptakan ekosistem di mana industri farmasi bersama para peneliti dapat berkolaborasi tanpa harus menghadapi situasi biaya tinggi dan risiko tinggi, terutama dalam pengembangan obat dan vaksin,” tambahnya.
Pada tanggal 30 Mei 2024, BRIN menggelar sebuah acara temu bisnis yang dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai sektor industri kesehatan, peneliti, asosiasi industri kesehatan, BPOM, serta Kementerian Kesehatan. Acara yang berlangsung di Gedung BJ Habibie, Jakarta, tersebut bertujuan agar hasil-hasil riset dan inovasi dapat dikomersialisasikan oleh pihak industri.
Handoko berharap agar industri farmasi di Indonesia semakin banyak yang terlibat dalam aspek riset dan pengembangan produk. “Kami ingin meningkatkan jumlah lisensi dari hasil riset, baik itu untuk alat kesehatan, obat, vaksin, dan produk-produk lainnya, sehingga dapat diintegrasikan ke dalam industri farmasi,” tegas Handoko.