Menurut Laksana Tri Handoko, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Koleksi Artefak Indonesia Dinilai Sebesar Rp20 Triliun.
Sebagai informasi, Laksana Tri Handoko, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), memperkirakan bahwa nilai koleksi artefak yang dimiliki Indonesia akan mencapai sekitar Rp20 triliun.
Pada acara online Peringatan 20 Tahun Penemuan Homo Floresiensis di Jakarta pada hari Rabu, dia mengatakan, “Dalam hal valuasi (artefak), saya memprediksi nilainya sekitar Rp20 triliun.”
Laksana menyatakan bahwa sangat penting untuk menilai koleksi artefak Indonesia. Tujuannya adalah untuk memberikan nilai tambah bagi komunitas arkeolog Indonesia dan, dengan demikian, meningkatkan anggaran riset di masa mendatang.
“Sama seperti konsep pengambilan kredit, di mana hanya sepertiga dari total gaji yang dapat diambil. Jika gaji rendah, plafonnya tidak akan besar.”
Menurut Laksana, valuasi koleksi artefak Indonesia juga menunjukkan kepada negara lain bahwa Indonesia memiliki koleksi artefak yang berharga dan fasilitas penyimpanan yang baik. Sejak tahun 2002, pemerintah secara bertahap telah meminta kembalinya beberapa artefak Indonesia yang tersimpan di Leiden, Belanda.
Dia menjelaskan, “Ini bukan permintaan sembarangan, tetapi ini berarti tidak semua koleksi artefak disimpan oleh BRIN. Sebagian besar disimpan di Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek (Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi).”
Untuk itu, Laksana meminta para arkeolog untuk menyerahkan temuan artefak berharga tinggi ke Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek untuk dilestarikan sebagai cagar budaya.
Selain itu, Laksana mendorong para arkeolog untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan “koleksi kerja yang sudah tersedia”, dan BRIN berusaha memberikan para arkeolog berbagai peralatan modern.
Saya ingin teman-teman saya menjadi arkeolog dunia, dan saya yakin karena kita memiliki bahan yang cukup, itu bisa terjadi. Laksana Tri Handoko menyimpulkan bahwa masih ada banyak artefak di Indonesia yang belum dieksplorasi.