BRIN Tekankan Pentingnya Penelitian Ilmiah untuk Pemanfaatan Tembakau Alternatif
Prof. Bambang Prasetya, peneliti dari Pusat Riset Teknologi Pengujian dan Standar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menekankan pentingnya penelitian ilmiah dalam memanfaatkan produk tembakau alternatif untuk mengurangi risiko penyakit akibat merokok.
“Sesuatu yang berbasis pada riset dapat menjadi platform yang efektif untuk mengambil keputusan yang baik,” ungkap Bambang dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Saat ini, BRIN tengah melakukan penelitian mengenai produk tembakau alternatif di laboratorium independen yang terakreditasi. Hasil awal menunjukkan bahwa produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan, memiliki kandungan zat berbahaya yang jauh lebih rendah dibandingkan rokok konvensional.
Bambang menjelaskan bahwa kajian ilmiah tentang produk tembakau alternatif harus mempertimbangkan manfaat dan risiko, dengan tiga pilar utama dalam sistem pengkajian penjaminan risiko.
Pilar-pilar tersebut meliputi bioetika, untuk memastikan adopsi yang berdasarkan pertimbangan moral dan etika; penilaian risiko biosafety, untuk analisis dan sertifikasi risiko berbasis ilmiah; serta penilaian kesesuaian dari segi standar dan akreditasi, untuk memastikan ketertelusuran dan pengakuan laboratorium.
Menurut Bambang, penerapan pengurangan bahaya pada produk tembakau alternatif bisa menjadi solusi potensial untuk peralihan dari kebiasaan merokok. “Pengurangan bahaya tembakau adalah inovasi yang harus didasarkan pada data yang baik, yang diperoleh dari kajian ilmiah. Ini bisa menjadi dasar kebijakan dari aspek kesehatan, sosial, dan ekonomi,” katanya.
Senada dengan Bambang, Prof. Amaliya, Guru Besar Ilmu Periodonsia Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, menambahkan bahwa produk alternatif ini dapat berkontribusi dalam menurunkan prevalensi merokok di Indonesia, yang berhubungan dengan sejumlah penyakit, termasuk kanker mulut.
Meskipun demikian, ia menekankan bahwa berhenti merokok sepenuhnya adalah opsi terbaik. “Pemerintah perlu bersikap terbuka untuk memanfaatkan produk ini guna menurunkan prevalensi merokok, terutama di kalangan perokok dewasa, sehingga kualitas kesehatan dapat membaik,” ujarnya.