spot_img

Buku, Kekuatan Budaya yang Mengubah Peradaban

Date:

Buku, Kekuatan Budaya yang Mengubah Peradaban

Buku memiliki kekuatan yang mengagumkan dan lebih besar daripada bom atom. Sejarah mencatat bahwa korban dari bom atom yang dijatuhkan Amerika di Hiroshima berjumlah 129.000 orang. Namun, dalam kurun waktu 76 tahun, dampaknya hampir memudar. Perbandingannya, buku seperti “Das Kapital” karya Karl Marx telah menyebar ke lebih dari separuh dunia dengan ideologi komunisme. Begitu juga dengan “On The Origin of Species” karya Charles Darwin yang memengaruhi pemikiran Hitler. Kedua buku ini telah menyebabkan kematian lebih dari seratus juta manusia di tangan Stalin, Lenin, Mao, dan Hitler. Namun, buku tidak hanya memiliki potensi merusak, tetapi juga sebagai sumber pencerahan dalam kehidupan manusia.

Kaum Muslim tidak akan bisa beribadah sebagaimana yang mereka lakukan tanpa adanya kumpulan hadis dan sejarah yang disusun dalam bentuk buku oleh tokoh seperti Imam Bukhari dan Imam Malik. Tanpa buku “The Suma of Oriental” karya Tom Pires, bangsa Eropa mungkin tidak akan menemukan Nusantara. Pentingnya buku tercermin dalam karya “Buku-Buku yang Mengubah Dunia” karya Andrew Taylor, yang mencatat lebih dari 50 buku paling berpengaruh dalam sejarah manusia. Taylor menyatakan bahwa buku yang memengaruhi sejarah Indonesia termasuk “Negarakretagama” (Mpu Prapanca), “Sutasoma” (Mpu Tantular), “Habis Gelap Terbitlah Terang” (R.A. Kartini), dan “Max Havelaar” (Multatuli), yang dianggap Pramoedya Ananto Toer sebagai novel yang membunuh kolonialisme.

Seorang tokoh seperti Mahatma Gandhi juga menegaskan dalam otobiografinya betapa pentingnya buku dalam mengubah arah hidupnya. Ia menyebut buku “Unto This Last” karya Ruskin telah mengubah total kehidupannya secara tiba-tiba. Begitu ia membaca buku tersebut, hidupnya berubah arah.

Namun, buku juga bisa menjadi alat yang berbahaya. Hitler, misalnya, dipengaruhi oleh karya-karya Charles Darwin, terutama “On The Origin of Species”, dalam membentuk pemikiran dan tindakannya yang diktator dan rasis. Begitu pula dengan arah perjuangan Hamka dan tokoh-tokoh Islam lainnya yang dipengaruhi oleh karya-karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha dari Mesir.

Hari ini, kita mengagumi tokoh seperti Elon Musk, yang dijuluki sebagai Leonardo Da Vinci abad 21. Musk, seorang industrialis jenius yang kaya, mengawali kariernya dengan kegemaran membaca buku sejak kecil. Dia biasanya membaca buku selama 10 jam sehari dan menamatkan dua buku tiap minggu. Hal ini mencerminkan pemahaman bahwa banyak tokoh besar memiliki buku yang mengubah arah hidupnya.

Barbara Tuchman menyatakan bahwa “buku adalah pengusung peradaban.” Tanpa buku, sejarah akan diam, sastra akan bungkam, dan sains akan lumpuh. Buku adalah mesin perubahan yang membuka jendela dunia dan merupakan mercusuar di samudra waktu. Tanpa buku, tidak akan ada peradaban.

Namun, di Indonesia, buku sering diabaikan. Banyak yang tidak membaca atau bahkan menjadi antibuku dengan menghilangkan perpustakaan. Hal ini sangat berbahaya karena buku adalah tonggak kemajuan sebuah bangsa. Buku tidak hanya membentuk karakter seseorang, tetapi juga menjadi pendorong kemajuan intelektual dan peradaban.

Pentingnya buku juga tercermin dalam pendidikan. Namun, saat ini, orientasi kapitalis yang memandang pendidikan hanya sebagai sarana untuk mencari keuntungan materi membuat pendidikan kehilangan dimensi moral dan keilmuan. Gelar akademis pun menjadi semacam komoditas yang dapat dibeli, tanpa memperhatikan substansi dan nilai sebenarnya.

Selain itu, banyak buku yang beredar saat ini cenderung memicu degradasi moral dan budaya. Buku-buku berbau pornografi, misalnya, tidak hanya merusak syaraf, tetapi juga membawa dampak buruk bagi masyarakat, terutama generasi muda.

Sebagaimana diungkapkan oleh Francis Bacon, “pengetahuan adalah kekuatan.” Mencari ilmu adalah tugas yang wajib, seperti yang diungkapkan Nabi Muhammad. Membaca buku adalah salah satu cara paling efektif untuk mendapatkan pengetahuan. Bangsa yang maju secara teknologi juga biasanya memiliki budaya literasi yang tinggi.

Namun, pentingnya buku bukan hanya dalam aspek teknologi, tetapi juga dalam membentuk pemikiran, moral, dan peradaban. Budaya literasi yang berkualitas akan memastikan pembangunan yang berkelanjutan dan berdimensi manusiawi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

More like this
Related

bank bjb Raih Penghargaan Top 20 Financial Institution 2024 dari The Finance

JAKARTA – bank bjb terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat posisinya sebagai salah...

bank bjb Jalin Kerjasama dengan PT Geo Dipa Energi (Persero) Terkait Layanan Perbankan

BANDUNG - bank bjb terus memperkuat sinergi dan kolaborasi sebagai bagian dari strategi...

Wujudkan Pertumbuhan Bersama, bank bjb Efektif Setorkan Modal ke Bank Jambi

BANDUNG - bank bjb terus menunjukkan komitmennya untuk mendukung pengembangan Bank Pembangunan Daerah...

Bandung bjb Tandamata Resmi Umumkan Daftar Pemain Tim Putri

BANDUNG – Bandung bjb Tandamata resmi mengumumkan daftar pemain tim voli putri...