Daging Kambing dan Hipertensi: Fakta yang Perlu Diketahui
Daging kambing memiliki banyak varian sajian yang digemari, seperti sate dan gulai, Namun, sering kali daging kambing diklaim sebagai penyebab hipertensi atau tekanan darah tinggi, sehingga penderita sering menghindarinya, terutama saat periode kurban. Namun, menurut para ahli gizi, klaim ini perlu dipertimbangkan lebih hati-hati.
Penjelasan Ahli Gizi
Dokter dan ahli gizi Tan Shot Yen menegaskan bahwa daging kambing sendiri tidak memicu hipertensi. Menurutnya, faktor utama yang menyebabkan hipertensi adalah pola hidup yang tidak sehat secara keseluruhan, seperti kurangnya aktivitas fisik, merokok, stres, obesitas, serta pola makan yang kaya gula, garam, dan lemak, namun minim serat dari sayur dan buah. “Kuncinya adalah gaya hidup secara keseluruhan,” ujar Tan kepada Kompas.com.
Toto Sudargo dari Universitas Gadjah Mada menambahkan bahwa yang perlu diperhatikan bukanlah daging kambing itu sendiri, melainkan kandungan lemak di dalamnya. Lemak trans, yang dapat muncul jika daging kambing digoreng dengan minyak jelantah yang sudah terproses berulang kali, dapat meningkatkan risiko hipertensi dengan meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh. “Minyak jelantah sudah mengalami perubahan struktural karena dipanaskan berulang kali, sehingga berpotensi menjadi lemak trans,” jelas Toto.
Penggunaan garam berlebihan dalam masakan daging kambing juga dapat mempengaruhi tekanan darah. “Garam mengandung natrium, yang bisa menyebabkan retensi cairan dan mengganggu keseimbangan cairan dalam tubuh,” tambahnya. Kondisi ini dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit dan meningkatkan beban kerja jantung.
Secara keseluruhan, kambing tidak secara langsung memicu hipertensi. Penyebab utama hipertensi adalah gaya hidup yang tidak sehat dan kebiasaan memasak yang menggunakan lemak trans atau banyak garam. Oleh karena itu, penting untuk mengatur pola makan secara seimbang dan memilih metode memasak yang sehat untuk menjaga kesehatan jantung dan tekanan darah.