Dinamika Geopolitik Membuka Peluang Investasi Bagi Indonesia Menurut Tumbuh Makna
Benny Sufami, Co-Founder Tumbuh Makna, membahas bagaimana dinamika geopolitik global saat ini menawarkan peluang investasi besar bagi Indonesia. Dia mengklaim bahwa keadaan saat ini membuka kesempatan bagi sektor investasi.
Benny menjelaskan bahwa para investor pasti memperhatikan dampak dari konflik global yang tengah berlangsung. Sebagai contoh, dia menyebutkan bahwa aset kelas fixed income, yang biasanya sangat sensitif terhadap perubahan suku bunga, sekarang dapat menjadi peluang bagi para investor.
Benny memperkirakan bahwa dalam siklus pengetatan tingkat suku bunga yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat, tingkat imbal hasil obligasi Pemerintah Amerika Serikat (US Treasury yield) sudah mendekati puncak. Saat ini, imbal hasil obligasi dengan tenor dua tahun lebih tinggi daripada imbal hasil obligasi dengan tenor sepuluh dan tiga puluh tahun.
“Minggu lalu, tingkat imbal hasil US Treasury tenor 2 tahun telah mencapai di atas 5,1 persen, sementara tingkat imbal hasil untuk tenor 10 tahun masih sedikit di bawah 5 persen, kira-kira sekitar 4,9 persen. Kondisi ini dikenal sebagai “Inverted Yield Curve.”” Benny menyatakan hal ini.
Dia melihat keadaan ini sebagai indikasi awal bahwa resesi mungkin terjadi, meskipun resesi yang mungkin terjadi cenderung ringan. Bahkan, Amerika Serikat mungkin dapat menghindari resesi dan mengalami soft landing.
Benny meyakini bahwa secara umum, kondisi ekonomi akan menjadi lebih sejuk, yang akan berdampak positif pada kelas aset pendapatan tetap, yang berarti tingkat imbal hasil cenderung menurun. Ini terlepas dari kemungkinan resesi atau soft landing di Amerika Serikat.
Selain itu, Benny menyatakan bahwa kelas aset ekuitas mungkin menghadapi kesulitan, terutama mengingat tingkat imbal hasil obligasi yang tinggi. Investor mungkin mengharapkan tingkat premi risiko yang lebih tinggi untuk kelas aset ekuitas.
Dia juga menekankan bahwa keadaan serupa juga berlaku di pasar domestik Indonesia, terutama mengingat tingkat imbal hasil yang tinggi pada Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10 tahun yang telah mencapai 7 persen. Ini dapat menjadi peluang yang menguntungkan.
Benny memperkirakan bahwa laba per saham (EPS) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia akan meningkat sekitar 5 hingga 6 persen dalam jangka waktu dua belas bulan ke depan, dan akan dapat diperdagangkan dengan price earning (PE) sekitar 14,6 kali.
Berdasarkan proyeksinya, Benny meyakini bahwa IHSG memiliki potensi untuk mencapai level 7.700 hingga akhir kuartal III-2024. Namun, ada kemungkinan bahwa pertumbuhan IHSG akan terbatas pada akhir tahun.
Benny menyarankan para investor untuk memperhatikan literasi keuangan dan memastikan bahwa informasi yang digunakan untuk membuat keputusan investasi adalah akurat. Dia juga menyarankan diversifikasi ke lebih dari satu instrumen untuk setiap kelas aset dan memiliki jangka waktu analisis yang lebih panjang untuk data yang akurat. Selain itu, investor diminta untuk berinvestasi sesuai dengan profil risiko masing-masing.