Untuk mengatasi fenomena El Niño, yang dapat menyebabkan gagal panen dan krisis pangan, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) menerapkan tiga strategi mitigasi dan adaptasi.
Florentinus Anum, Kadis TPH Kalbar, mengatakan bahwa fenomena El Niño akan berdampak besar pada komoditi pangan utama, terutama padi yang membutuhkan air. Akibatnya, untuk menghindari konsekuensi yang dapat mengakibatkan gagal panen dan krisis pangan, diperlukan pendekatan yang efektif untuk mitigasi dan adaptasi.
Beberapa kabupaten di Kalbar, termasuk Kubu Raya, Mempawah, Ketapang, dan Kayong Utara, berpotensi terkena dampak El Niño, yang diperkirakan terjadi pada Agustus 2023.
Petani di Kalbar dapat menggunakan tiga strategi mitigasi berikut selama El Niño:
1. Memanen air hujan dengan membuat jebakan air di lahan pertanian dan sekitarnya. Jebakan air dapat berupa cekungan seperti embung, sumur, saluran, biopori, atau kolam, tergantung pada kondisi lahan dan jenis tanaman yang dibudidayakan di sana.
2. Menambah bahan organik ke dalam tanah untuk membantu tanah menahan air dan mencegah lahan mengering. Ini dapat dicapai dengan mengembalikan sisa biomassa yang tidak terangkut saat panen, seperti jerami padi, ke dalam tanah.
3. Menggunakan cekungan untuk jebakan air bersama dengan bahan organik. Biomassa disimpan dalam cekungan, yang dapat berupa saluran atau biopori, untuk membuat bahan organik.
Untuk meminimalkan kerusakan, Dinas TPH Kalbar terus mendorong dan mengawasi tindakan tersebut. Untuk menghadapi El Niño, tidak hanya mitigasi yang penting, tetapi juga strategi adaptasi. Ini termasuk memilih varietas padi yang tahan terhadap kekeringan atau varietas berumur pendek yang sesuai, seperti Inpari 32, Inpari 42, cakra buana, dan situbagendit.
Untuk produksi yang efektif dan efisien, dibutuhkan penggunaan metode produksi yang tepat, seperti penggunaan bahan organik untuk membenahi tanah dan penggunaan pupuk yang sesuai dengan jumlah air yang tersedia. Pemupukan dan irigasi tetes dapat meningkatkan efisiensi air dan pupuk. Selain itu, pemupukan dengan silika dapat meningkatkan ketahanan terhadap cekaman abiotik seperti salinitas, alkalinitas, kekeringan, dan cuaca ekstrim.
Untuk mencapai target produksi gabah kering giling (GKG) sebanyak 1,109 juta ton pada tahun 2023, luas tanam padi yang ditargetkan mencapai 350.597 hektare, dengan 11.200 hektare, atau 3,2 persen dari target total tanam padi, dialokasikan untuk bantuan benih..