Direktur Utama PLN Memaparkan Rencana Strategis Pengurangan Emisi Gas di Sektor Kelistrikan
Pada 11 Oktober, Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PT PLN (Persero), berbicara di HSBC Summit 2023 di Jakarta tentang berbagai upaya PLN untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dalam industri kelistrikan.
PLN telah mengambil tindakan berani selama tiga setengah tahun terakhir untuk mengurangi dampak lingkungannya. Mereka telah membatalkan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebesar 13,3 gigawatt (GW) yang sebelumnya termasuk dalam rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL). Selain itu, PLN telah menggantikan pembangkit gas untuk PLTU batu bara sebesar 800 MW dan membatalkan perjanjian pembelian tenaga listrik (PPA) untuk PLTU batu bara sebesar 1,3 GW.
Ramawan menjelaskan bahwa langkah-langkah ini belum cukup karena energi terbarukan telah menggantikan 1,1 GW pembangkit listrik batu bara PLN. Dengan demikian, sekitar 200 juta ton karbon dioksida diharapkan dapat dikurangi dalam 25 tahun ke depan.
Selain itu, PLN ingin mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia dengan membangun rancangan kelistrikan yang paling ramah lingkungan dalam sejarah perusahaan dengan menambah 52 persen pembangkit EBT. PLN juga berencana untuk mempercepat penambahan pembangkit energi terbarukan berbasis air, angin, matahari, panas bumi, dan ombak hingga 75 persen.
Menurut Darmawan, inovasi seperti pembangunan jalur transmisi hijau adalah bagian dari upaya tersebut. Jalur ini dapat mengatasi masalah lokasi sumber energi terbarukan, yang biasanya jauh dari pusat ekonomi dan industri Pulau Jawa.
Selain itu, PLN berencana untuk membangun jaringan listrik cerdas (smart grid) untuk memastikan pasokan energi terbarukan tetap stabil di tengah kondisi iklim Indonesia yang berubah-ubah. Jaringan cerdas ini akan memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah dari sistem intermiten sebelumnya yang tidak dapat menangani pembangkit listrik tenaga surya dan angin dalam skala besar.
Menurut Darmawan, perusahaan melihat tantangan transisi energi sebagai peluang untuk berubah menjadi perusahaan yang dinamis dan berprospek di masa depan. Ini akan melibatkan peningkatan akuntabilitas, kredibilitas, konsolidasi, dan integrasi yang lebih besar dalam setiap aspek operasi perusahaan, seperti proses pengambilan keputusan dan cara kerjanya.
Namun, Darmawan juga menekankan bahwa transisi energi bukan hanya masalah lokal PLN atau Indonesia; itu adalah tantangan global yang membutuhkan kerja sama dan upaya global untuk mencari solusi. Darmawan memaparkan bahwa penyelesaian masalah ini harus didasarkan pada kolaborasi dalam kebijakan, teknologi, inovasi, dan investasi di tingkat lokal, regional, dan internasional.