Fesyen Palestina Berkembang di Bawah Tekanan Konflik
Komunitas fesyen Palestina terus berinovasi dan membuat produk yang melampaui keterbatasan saat ini, terlepas dari tekanan konflik politik dengan Israel.
Yasmeen Mjalli mendirikan Nol Collective, yang sangat mendukung kreativitas ini. Tujuan dari inisiatif ini adalah untuk menghidupkan kembali tradisi masyarakat Palestina dengan membuat produk fesyen yang unik.
Dimulai dengan foto oleh Thomas Abercrombie dari National Geographic yang mengubah perspektif Yasmeen Mjalli. Foto tersebut menampilkan ratusan gulungan benang merah, kuning, dan biru yang mengelilingi seorang pria di tepi pantai Gaza. Mjalli mendapatkan inspirasi untuk mendirikan Nol Collective dari foto ini.
Karya kolektif Nol dibuat dengan bekerja sama dengan bisnis keluarga, bengkel perajin, dan koperasi perempuan di berbagai wilayah Palestina, seperti Gaza, Ramallah, Betlehem, dan perbukitan Jerusalam. Mereka menggabungkan metode tradisional seperti tenun dan tatreez (sulaman tangan) dengan sejarah perjuangan politik dan perlawanan Palestina.
Koperasi perempuan setempat, yang melibatkan lebih dari 60 perempuan dari Gaza hingga al Khalil, adalah salah satu mitra Nol Collective. Tatreez, seni sulam tangan tradisional Palestina, memiliki elemen politik yang kuat.
Selain itu, Nol Collective menggunakan kain tenunan tangan Majdalawi, yang telah menjadi bagian penting dari pakaian tradisional Palestina selama berabad-abad. Kain ini berasal dari Gaza dan ditenun dengan tangan di salah satu studio pengrajin terakhir yang tersisa di Palestina.
Selain itu, Nol Collective berkomitmen untuk praktik fesyen yang ramah lingkungan dengan menggunakan bahan alami dan tradisional dalam karya mereka. Mereka berusaha untuk meningkatkan kesadaran tentang bagaimana fesyen memengaruhi lingkungan, politik, dan identitas.
Inisiatif seperti Nol Collective membantu Palestina mempertahankan warisan budaya mereka dalam fesyen sambil menciptakan peluang ekonomi di tengah konflik politik yang berlarut-larut.