Menurut Abdul Sobur, Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), omzet penjualan mebel dan kerajinan nasional dapat meningkat dengan bantuan restrukturisasi permesinan yang konsisten dan peningkatan volumenya. Hal ini juga dapat membantu mengontrol peningkatan impor.
Di Jakarta, Kamis, Sobur menyatakan, “Bantuan ini sudah lama diusulkan HIMKI sejak sebelum COVID-19 dan telah dilaksanakan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sampai sekarang.”
Sobur mengatakan bahwa teknologi tepat seperti mesin kerja kayu atau mesin untuk mengolah berbagai jenis bahan berbasis kayu diperlukan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kemampuan bisnis.
Sobur menyatakan bahwa teknologi tersebut akan sangat membantu anggota HIMKI mencapai target penjualan ekspor mereka.
Sobur menjelaskan bahwa program restrukturisasi Kemenperin memberikan insentif berupa reimbursement untuk mesin yang dibeli, dengan diskon maksimal Rp500 juta per mesin. Selain itu, mesin yang dibuat dalam negeri dapat didiskon sebesar 15% dan 25%.
Sobur menjelaskan bahwa proses ini melibatkan verifikasi lembaga survei, dan setelah dinilai layak, pihak pemberi bantuan akan menyetujuinya.
Sobur menyatakan bahwa membangun industri permesinan di Indonesia yang menggunakan teknologi modern merupakan bagian penting dari keberhasilan upaya hilirisasi.
Sobur menambahkan, “Kami melihat kesuksesan China dalam meningkatkan produktivitas karena mereka memiliki keunggulan dalam peralatan kerja kayu yang sangat canggih.”
Mebel dan kerajinan akan sulit untuk memberikan kontribusi yang lebih besar pada perekonomian dengan cepat tanpa dukungan peralatan dan teknologi yang memadai.
Sobur mengatakan, “Pada akhirnya, target kami adalah meningkatkan ekspor mebel nasional menjadi Rp80 triliun hingga akhir tahun 2024.”