Indonesia Lelang Pembangkit Listrik Dalam Skala Besar untuk Mengejar Target Transisi Energi
Indonesia berencana untuk mengadakan lelang pembangkit listrik energi baru dan terbarukan dalam skala besar untuk mempercepat pencapaian target transisi energi, kata Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo. Kartika mengungkapkan keinginan untuk melibatkan lelang dengan kapasitas yang signifikan, bukan dalam skala kecil seperti 50 megawatt atau 100 megawatt. Sebaliknya, Indonesia berencana untuk membuat blok lelang dengan kapasitas menengah.
Wamen BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Nasional di Jakarta, Jumat, bahwa permintaan terhadap pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) terus meningkat. Banyak perusahaan energi skala global, termasuk perusahaan dari Uni Emirat Arab seperti Masdar, telah menunjukkan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia. Sebagai contoh, Masdar bekerja sama dengan Subholding PT PLN Nusantara Power untuk membangun PLTS Terapung di Waduk Cirata, Jawa Barat.
Tiko, panggilan akrab Kartika Wirjoatmodjo, menekankan bahwa untuk mencapai ekonomi skala yang optimal, skala besar dalam blok lelang diperlukan. Meskipun skema blok lelang dianggap dapat mempercepat transisi energi, Tiko mengakui bahwa pembiayaan untuk pembangkit listrik EBT dalam skala besar membutuhkan investasi yang besar dan jangka panjang, terutama dalam bentuk dolar AS. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia berencana untuk mencari pendanaan internasional melalui keterlibatan dengan organisasi internasional
Toko juga mengatakan bahwa dalam hal pendanaan murah jangka panjang, pendanaan multilateral diperlukan, terutama untuk proyek transmisi dan proyek hijau yang saat ini menghasilkan tingkat pengembalian investasi (IRR) yang rendah. Tujuan dari upaya ini adalah untuk membuat skema pool pendanaan jangka panjang yang berskala besar, yang kemudian akan mendukung proyek energi terbarukan dan infrastruktur transmisi dengan tujuan untuk mencapai keseimbangan antara tingkat pengembalian investasi (IRR) yang rendah.