Industri Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Meningkatkan Fokus pada Pasar Asia
Industri Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia Bersiap untuk Mengintensifkan Pasar Asia Setelah Penurunan Ekspor di Eropa dan Amerika.
Dalam tanggapan terhadap penurunan pasar ekspor di Eropa dan Amerika Serikat, Wiradadi Soeprayogo, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia (ISWA), menyatakan kesiapannya untuk meningkatkan pasar di negara-negara Asia. Menurut Wiradadi, ekspor kayu olahan dan kayu gergajian nasional, yang merupakan fokus produk industri anggota ISWA, telah mengalami dampak negatif karena perekonomian global yang saat ini mengalami turbulensi dan ketidakpastian.
Wiradadi, yang baru terpilih sebagai Ketua Umum ISWA untuk periode 2023–2028, mengatakan bahwa, meskipun ekspor produk kayu olahan dan kayu gergajian mencapai nilai 2,4 miliar dolar AS pada tahun 2022, penurunan sebesar 13 persen telah terjadi dari tahun 2023 hingga saat ini. Dia mengatakan bahwa negara-negara Asia seperti Jepang dan China adalah pasar potensial untuk ekspor kayu olahan dan kayu gergajian Indonesia.
Namun, Wiradadi mengakui bahwa persiapan yang matang diperlukan untuk berhasil memasuki pasar ekspor di masa depan, terutama untuk menghadapi masalah lingkungan seperti perubahan iklim dan efek gas rumah kaca. Akibatnya, ide-ide seperti ekonomi hijau, industri hijau, perdagangan karbon, program hilirisasi, dan sebagainya sangat penting. Namun, untuk menjalankan semua ini, diperlukan dana tambahan.
Wiradadi menekankan bahwa tidak hanya kuantitas bahan baku log, tetapi juga kualitasnya. Industri harus menerapkan teknologi canggih dari awal hingga akhir proses produksi dan menghasilkan produk yang minim limbah (zero waste).
Selain itu, Wiradadi mengakui bahwa ISWA tidak dapat menangani tantangan internal dan eksternal ini secara mandiri. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini secara bersamaan, diperlukan kerja sama yang inklusif dengan pemerintah, perguruan tinggi, organisasi profesi, dan industri.
