Ini Daftar Kampus Tekstil di Indonesia yang Tutup, Hanya 6 yang Bertahan
Kampus atau politeknik tekstil di Indonesia satu per satu mengalami kehancuran. Pada masa kejayaan era Presiden Soeharto, industri tekstil menjadi salah satu sektor unggulan yang memberikan kontribusi besar terhadap devisa negara. Namun, setelah Soeharto lengser, industri tekstil mulai meredup, diikuti dengan penurunan prestasi kampus-kampus yang berkaitan dengan industri ini.
Menurut Ketua Umum Insan Kalangan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (IKATSI), M Shobirin F Hamid, penyebab awal runtuhnya kampus-kampus tekstil di Indonesia adalah pudarnya industri tekstil pasca-Soeharto, yang semakin diperburuk dengan krisis moneter tahun 1998. “Fenomena banyaknya perguruan tinggi tekstil yang tutup itu sebetulnya sudah terlihat sejak krisis moneter pada tahun 1998. Pada akhir dekade 1990-an, ketika industri tekstil mulai mengalami penurunan, banyak perguruan tinggi juga mengalami masa sulit,” ungkapnya kepada CNBC Indonesia.
Di era Soeharto, kampus-kampus tekstil mencapai puncak kejayaan karena peran strategisnya dalam mendukung industri tekstil sebagai penyumbang utama devisa negara. Namun, setelah tahun 1998, banyak pabrik tekstil yang tutup, yang berdampak langsung pada perguruan tinggi tekstil.
Saat Ini, Hanya 6 Kampus Tekstil Yang Masih Beroperasi Di Indonesia :
- ITT STTT Bandung
- UII Yogyakarta
- STT Wastukancana Purwakarta (Baru)
- Poltek Enjinering Indorama Purwakarta (Baru)
- Akademi Komunitas (Akom) Tekstil Solo (Baru)
- Akom Tekstil API Surabaya (Baru)
Sedangkan Beberapa Akademi / Kampus Tekstil Lainnya Telah tutup / Tidak Lagi Menyediakan Program Studi Tekstil :
- Akademi Tekstil Pardede Medan
- UNIS Tangerang
- Akademi Tekstil Veteran UPN Jakarta
- ATB-UNBR-UICM Bandung
- AITB Bandung
- PolTek Pusmanu Pekalongan
- Akom Tekstil Pekalongan
- AkTiVeS Semarang
- AkaTex STTT Solo
- PolTek Tekstil Muhammadiyah
- ITN Malang
- ATITS Surabaya
- PolTek Tekstil Muhammadiyah
Menurut Shobirin, faktor lain yang menyebabkan kampus-kampus tekstil tutup adalah persepsi masyarakat yang menganggap bidang ini kurang menjanjikan di masa depan. “Ini menjadi beban berat bagi pemilik kampus karena jumlah peminat yang mendaftar terus menurun,” jelasnya.
Kini, upaya untuk membangkitkan kembali industri tekstil dan mendukung kampus-kampus tekstil menjadi semakin penting untuk menjaga keberlanjutan sektor ini dalam perekonomian nasional.