Ini Dia Proses Terbentuknya Gua! Simak Penjelasannya di Sini
Bandung, Penjuru – Gua adalah bukaan alami di dalam bumi yang cukup besar untuk dijelajahi oleh manusia, yang umumnya terbentuknya gua secara alami. Ada banyak sekali gua yang tersebar di berbagai wilayah di dunia, dengan berbagai macam bentuk dan ukuran. Gua biasanya merupakan komponen dari apa yang dikenal sebagai kawasan karst, meski tidak semua gua merupakan bagian dari bentang alam karst.
Proses Terbentuknya Gua
Gua terbentuk terjadi di karst, sebuah lanskap yang terbuat dari batuan kapur, dolomit, dan gipsum yang perlahan larut dengan adanya air yang mengandung sedikit asam. Menurut laman National Geographic, hujan bercampur dengan karbon dioksida di atmosfer saat jatuh dan kemudian mengambil lebih banyak gas karbon (dari tumbuhan yang membusuk) saat merembes ke dalam tanah. Kombinasi tersebut menghasilkan larutan asam lemah yang melarutkan kalsit, mineral utama batuan karst.
Air asam meresap ke dalam bumi melalui celah dan retakan bebatuan sehingga menciptakan jaringan saluran seperti sistem pipa bawah tanah. Jalur tersebut melebar seiring dengan semakin banyaknya air yang merembes ke bawah, sehingga beberapa bagian menjadi cukup besar untuk membentuk sebuah gua. Namun, proses tersebut memerlukan waktu lebih dari ratusan ribu tahun agar bisa diperluas hingga cukup besar untuk dimasuki manusia.
Gua Vertikal & Horizontal
Gua dapat memiliki bentuk vertikal atau horizontal, yang dipengaruhi oleh gravitasi. Lubang gua vertikal membentang lurus ke bawah jika air mengambil jalur langsung, sementara sistem gua horizontal membentang di bawah permukaan bumi jika air mengikuti rute yang lebih memutar. Namun, ada juga proses yang memungkinkan gua terbentuk dari bawah ke atas, terutama ketika air yang terperangkap di akuifer bersentuhan dengan batuan yang mengandung sulfida, seperti pirit, yang menghasilkan asam sulfat.
Stalaktit & Stalagmit
Formasi menakjubkan yang terdapat di dalam gua, terbentuk ketika air hujan yang jatuh langsung ke batu kapur meresap ke dalam batu. Air hujan tersebut menjadi jenuh dengan kalsium karbonat saat melarutkan batu kapur yang dilaluinya, kemudian saat mencapai gua terbuka di bawahnya, kalsium karbonat mengendap dan membentuk stalaktit dan stalagmit.
Gaya lintasan gua bergantung pada frekuensi bidang alas, retakan, dan patahan di dalam batuan. Batu kapur dengan lapisan masif akan mempunyai gua-gua bathyphreatic, sementara batuan yang retak berat akan menghasilkan gua-gua horizontal.