Jangan Banyak Mengkritisi Anak dalam Mengeksplorasi Dunia Seni
Reti Oktania, seorang psikolog klinis anak, menekankan pentingnya bagi orang tua untuk tidak terlalu banyak mengkritisi anak saat mereka mulai mengeksplorasi kemampuan dunia seni mereka. Reti menegaskan bahwa kritik berlebihan dapat menghambat perkembangan kreativitas anak.
“Dalam mendampingi anak saat berkreasi, penting bagi kita untuk memberikan perhatian, namun tidak harus mengkritisi. Ketika melihat anak mulai menciptakan karya, dukunglah saja,” ujar Reti kepada media di acara penghargaan Toyota Dream Car Art Contest (TDCAC) ke-17 di Taman Lalu Lintas, Bandung, Jawa Barat.
Psikolog yang merupakan lulusan Universitas Indonesia ini menjelaskan bahwa seringkali orang tua memiliki harapan tertentu terhadap kemampuan anak dan cenderung mengkritik karya anak mereka.
Reti menyarankan agar orang tua memberikan kesempatan kepada anak-anak di bawah usia 14 tahun untuk mengeksplorasi berbagai bidang, termasuk seni.
Anak-anak dapat mencari inspirasi dari berbagai sumber, mulai dari lingkungan sekitar hingga media digital sebagai sumber referensi.
Selain itu, seni juga dapat berfungsi sebagai terapi bagi anak-anak yang mungkin merasa tidak percaya diri dalam mengekspresikan perasaan mereka melalui kata-kata. Seni dapat membantu anak-anak mengatasi gangguan kesehatan mental saat dewasa.
“Seni memiliki unsur terapeutik, di mana perasaan dan emosi yang sulit diungkapkan dapat disalurkan melalui karya seni atau tulisan. Dengan berkreasi, setidaknya kita dapat merasa lebih tenang dan menyalurkan perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata,” tambahnya.
Reti juga menyarankan agar orang tua menurunkan ekspektasi mereka terhadap karya seni anak-anak saat mengikuti kompetisi, serta tidak menekan anak-anak untuk meraih gelar juara. Dengan memberikan anak kesempatan untuk mengekspresikan kreativitas sesuai usia mereka, orang tua dapat menemukan bakat anak dan memotivasi mereka untuk berkompetisi dengan semangat yang positif.