Suharso Monoarfa, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Menegaskan Pentingnya Pertumbuhan Berkelanjutan dan Posisi Indonesia sebagai Negara Berpendapatan Menengah Atas.
Dalam kesempatan di Gedung Bappenas, Jakarta pada hari Selasa, Suharso Monoarfa menyatakan bahwa status Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah atas merupakan pencapaian yang patut disyukuri dan mengajak untuk mempertahankan posisi ini dengan baik.
Namun, Suharso juga mengingatkan akan sensitivitas dan risiko PDB per kapita Indonesia, yang saat ini mencapai sekitar 4.580 USD. Ia mempertimbangkan bahwa negara-negara dengan status negara berpendapatan menengah atas memiliki kisaran PDB per kapita antara 4.066 dan 12.535 USD.
Artinya, Indonesia mungkin kembali ke kategori negara berpendapatan menengah rendah dengan PDB per kapita di bawah 4.066 dolar AS.
“Jika kita tergelincir ke kategori tersebut, maka kita perlu berupaya keras untuk kembali naik. Oleh karena itu, kita harus menjaga agar jarak kita dari batas ini semakin melebar. Jika kita berhasil melakukannya, maka pertumbuhan ekonomi harus ditingkatkan,” kata Suharso.
Ia menekankan bahwa sektor konsumsi yang telah pulih terus menjadi sumber pertumbuhan ekonomi, tetapi ia menekankan bahwa penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor produktif yang memiliki potensi lebih besar.
Selain itu, Suharso memuji pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun 2023 yang mencapai 5,17 persen dan menunjukkan tren positif.
Menurut pendapatnya, “Dengan tren ini, kami berharap dapat mempertahankan dan mendekati pertumbuhan potensial.” Perencanaan yang dibuat oleh Bappenas menunjukkan kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 7%. Jika ini terjadi, kita memiliki peluang untuk mencapai visi teknologik “Indonesia Emas 2045”.
“Ujaran tersebut menunjukkan komitmen Suharso terhadap pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan tujuan Indonesia untuk menjadi negara maju pada tahun 2045.”