Kemenko Marves : Penyeimbangan Harga Nikel Diperlukan untuk Mendorong Hilirisasi
Bandung, Penjuru – Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Septian Hario Seto, Mengungkapkan Perlunya Penyeimbangan Harga Nikel untuk Mendukung Industri Kendaraan Listrik
Septian Hario Seto, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, menyatakan bahwa pemerintah perlu menyeimbangkan harga nikel agar dapat menarik investasi di industri hilir baterai dan kendaraan listrik.
“Jadi kita juga harus menyeimbangkan bukan hanya dari sisi upstream-nya atau (pelaku usaha) tambang, tapi bagaimana juga kepentingan dari sisi hilir (pelaku manufaktur),” ujar Septian Hario Seto di Jakarta pada hari Kamis.
Menurutnya, jika harga nikel terlalu tinggi, harga baterai sebagai produk jadi dari komoditas tersebut juga akan menjadi mahal.
Hal ini, lanjutnya, akan berdampak pada harga kendaraan listrik yang tinggi sehingga tingkat penggunaannya akan menurun.
Selain itu, Septian menjelaskan bahwa jika harga nikel tetap tinggi, para pelaku industri akan mencari alternatif bahan baku lain untuk pembuatan baterai kendaraan listrik, seperti Lithium-Ferro-Phosphate atau LFP, sehingga akan mempengaruhi permintaan terhadap nikel di masa mendatang.
“Kalau kita teruskan harganya itu tetap tinggi, ya nanti (industri) hilirnya tidak akan tumbuh,” katanya.
Dia menegaskan bahwa tujuan pemerintah adalah membangun ekosistem baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir, sehingga keseimbangan harga nikel sebagai bahan baku perlu dijaga.
Melalui upaya tersebut, Septian berharap pemerintah dapat menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi para pelaku sektor tambang, peleburan, industri manufaktur baterai, maupun industri manufaktur kendaraan.
“Akhirnya harga mobil EV (electric vehicle)-nya bisa lebih murah dan lebih terjangkau bagi masyarakat. Jadi, industri dalam negeri kita juga bisa tumbuh dengan kompetitif,” tandasnya.