Layanan Deteksi Dini Penyakit Kardiovaskular Ditingkatkan oleh Kementerian Kesehatan RI ke Tingkat RT/RW.
Dalam upaya untuk menurunkan angka kematian akibat penyakit jantung, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah memperluas jangkauan layanan deteksi dini penyakit kardiovaskular secara gratis hingga mencakup tingkat RT/RW.
Dalam konferensi pers Hari Jantung Sedunia 2023, yang diadakan melalui saluran YouTube Kemenkes di Jakarta, Eva Susanti, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, menyampaikan perluasan cakupan deteksi dini ini.
Menurut Eva, perluasan layanan deteksi dini juga akan melibatkan kader posyandu yang akan melakukan skrining hingga tingkat RT/RW, dengan sasaran 273,5 juta rumah tangga.
Selain itu, Kementerian Kesehatan juga membantu Posyandu Prima, yang terdiri dari 7.230 puskesmas di kecamatan dan 85 ribu desa/kelurahan.
Eva menambahkan, “Kami juga telah menyiapkan program pendukung dengan melatih 1,5 juta kader posyandu, dokter umum, dan perawat untuk menggunakan Elektrokardiogram (EKG) dan Automated External Defibrillator (AED) untuk memeriksa fungsi jantung.”
Eva menjelaskan bahwa capaian deteksi dini penyakit kardiovaskular di Indonesia masih sekitar 30,6 juta orang, jauh dari target 140 juta orang.
Pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan indeks massa tubuh adalah beberapa layanan skrining gratis yang tersedia.
Karena obesitas merupakan faktor risiko penyakit jantung, Eva menekankan pentingnya menjaga lingkar perut yang sehat, dengan batasan maksimal 80 cm untuk wanita dan 90 cm untuk pria. Skrining kesehatan paru-paru akan dilakukan pada perokok aktif.
Skrining kesehatan dirangkai dengan pemeriksaan kanker payudara dan serviks untuk perempuan usia 30-40 tahun.
Eva juga menunjukkan bahwa ada variasi dalam jumlah peserta skrining berdasarkan usia. Anggota tertinggi berada di kelompok usia 15-29 tahun, diikuti oleh kelompok usia 30-39, 40-49, 50-59, dan 60 tahun ke atas.
Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai tingkat tertinggi dalam penilaian capaian skrining kesehatan di tingkat provinsi, dengan 48%. Banten mengikuti dengan 39,2% dan Gorontalo dengan 34,3%, masing-masing dari rata-rata nasional sekitar 16,4%.
Eva menyatakan bahwa penyakit jantung adalah salah satu penyakit tidak menular yang harus mendapat perhatian khusus karena menjadi ancaman dan penyebab kematian utama di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah menyebabkan 17,8 juta kematian di seluruh dunia, dengan 651.481 kematian di Indonesia setiap tahunnya.
Dia menjelaskan bahwa gaya hidup yang tidak sehat, termasuk merokok, pola makan yang tidak seimbang, serta faktor-faktor seperti konsumsi gula, garam, dan lemak, adalah penyebab utamanya.
Hari Jantung Sedunia diperingati setiap tanggal 29 September. Tahun ini, tema globalnya adalah “Menggunakan Jantung, Tahu Jantung,” dan tema nasionalnya adalah “Kenali Jantung Sehatmu, Sayangi Hidupmu.”