Kemlu Memastikan Tidak Ada WNI yang Menjadi Korban dalam Kekerasan di Ekuador
WNI tidak ada yang menjadi korban kekerasan di Ekuador, menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia. Melalui pesan singkat, Judha Nugraha, Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu, mengkonfirmasi bahwa hingga saat ini tidak ada laporan korban WNI.
Terlepas dari fakta bahwa 48 WNI berada di Ekuador, sebagian besar adalah paderi atau misionaris yang tinggal di daerah terpencil di luar Guayaquil, dan sebagian lainnya adalah staf dan keluarga KBRI yang tinggal di ibu kota, Quito. KBRI secara khusus memantau kondisi WNI di Guayaquil, dan saat ini satu WNI perempuan yang tinggal di daerah tersebut telah dipastikan berada di luar Ekuador.
Saat ini, KBRI terus berkomunikasi dengan WNI dan membuat rencana kontingensi untuk mencegah keadaan menjadi lebih buruk. Pada 8 Januari 2024, pemerintah Ekuador menetapkan kondisi darurat setelah serangan geng bersenjata di Guayaquil.
Setelah gelombang kekerasan yang menewaskan 11 orang, Presiden Ekuador Daniel Noboa mengumumkan perang terhadap kartel narkoba. Setelah tindakan para narapidana yang menyandera 139 sipir penjara, keadaan semakin rumit. Penyebaran kekerasan dipicu oleh kaburnya Jose Adolfo Macias, alias “El Fito”, pemimpin organisasi kekerasan yang dikenal sebagai “Los Choneros”, yang diduga memiliki hubungan dengan Kartel Sinaloa asal Meksiko. Setelah menjalani hukuman sejak 2011 atas perdagangan narkoba, pembunuhan, dan kejahatan terorganisir, Macias keluar dari penjara Litoral Guayaquil pekan lalu.
Dengan konfirmasi dari Kementerian Luar Negeri RI mengenai ketiadaan warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam gelombang kekerasan di Ekuador, diharapkan situasi di negara tersebut dapat segera mereda. Pemerintah Indonesia, melalui upaya Komisi Perlindungan WNI, terus memantau dan menjaga kesejahteraan WNI di luar negeri, memastikan keselamatan dan keamanan mereka dalam menghadapi situasi yang tidak terduga.