Menurut Hasto Wardoyo, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, pembangunan jiwa akan menjadi fokus utama BKKBN dalam membangun keluarga pada tahun 2024.
Hasto menyatakan dalam pernyataannya pada Senin (18/9) malam di Semarang, Jawa Tengah, bahwa salah satu cara untuk mempertahankan kualitas keluarga adalah melalui program penurunan stunting. Karena pembangunan keluarga harus mencakup aspek jiwa dan raga, sedangkan penanganan stunting lebih berkaitan dengan aspek fisik, BKKBN juga harus melakukan revolusi mental.
Halasto menjelaskan bahwa selama bertahun-tahun, BKKBN telah memastikan keberlanjutan dua program utamanya, yaitu mempertahankan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan meningkatkan kualitas keluarga. Dia juga mengingatkan betapa pentingnya memperhatikan aspek mental mengingat gangguan emosional dan mental semakin meningkat, terutama di kalangan remaja.
Perilaku seksual menyimpang dan gangguan pertumbuhan anak yang tidak seimbang telah meningkat. Oleh karena itu, Hasto menyatakan bahwa pada tahun 2024, program penanganan stunting akan memberikan lebih banyak perhatian pada pembangunan jiwa keluarga.
Sebagai inisiatif awal dalam pembangunan mental keluarga, BKKBN telah mengembangkan program prioritas nasional seperti Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Balita (BKB). Tujuan utamanya adalah agar orang tua dan keluarga memiliki pemahaman yang baik tentang cara merawat anak dan membangun keluarga yang harmonis.
Sebagai tindakan konkret, BKKBN juga telah memulai program konseling pranikah selama tiga bulan untuk membantu calon pasangan memahami cara merawat anak dan mempersiapkan keluarga. Program ini bertujuan untuk menciptakan keluarga yang tenang dan sehat.