Menurut Hasto Wardoyo, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), memastikan bahwa setiap desa atau kelurahan tetap sehat dan tidak memiliki stunting adalah kuncinya.
Hasto menekankan beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah stunting baru dalam seminar “Praktik Baik Desa atau Kelurahan Bebas Stunting (De’Best)” di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Salah satunya adalah menjaga jarak melahirkan yang tepat dan memastikan bahwa menyusui berjalan dengan baik. Sebuah hubungan telah ditemukan antara kasus stunting dan jarak kehamilan yang baik.
Bhayangkari dan kepala desa dari berbagai provinsi hadir di seminar ini. Elizabeth Argo dari Seksi Sosial Bhayangkari mengatakan bahwa Bhayangkari selalu mendukung kebijakan pemerintah dan berperan aktif dalam mempercepat penurunan angka stunting melalui kegiatan Posyandu Kemala. Hingga saat ini, Bhayangkari telah memberdayakan sekitar 574 posyandu, dan dalam setiap kunjungan kerja mereka, mereka memberikan makanan tambahan bergizi kepada anak-anak stunting serta mengajarkan orang tua balita dan ibu hamil tentang cara mencegah stunting.
Tiga kepala desa juga berbicara di seminar tersebut tentang inovasi yang mereka lakukan untuk menangani stunting di desa atau kelurahan mereka masing-masing.
Inovasi yang dilakukan di Desa Mentuda, Kabupaten Lingga, Riau, termasuk “Bersembang Sehat”, yang merupakan kegiatan di mana petugas posyandu mengunjungi rumah warga dengan memberikan tablet tambah darah (TTD) dan vitamin, “Demo Masak Gerakan Anti Stunting (Desa Gasing)”, yang berfokus pada pemenuhan gizi ibu hamil, dan “Lambung Pangan Masyarakat”.
Untuk meningkatkan ketahanan pangan dan memenuhi kebutuhan protein keluarga yang berisiko stunting, program dapur sehat di Kabupaten Sorong, Papua Barat, mengembangkan peternakan sapi dan lele untuk memberi balita stunting makanan yang sehat dan bergizi.
Di sisi lain, ada inovasi baru yang disebut sebagai “kelas inspirasi” di Desa Purwajaya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kelas ini mengajar orang tua tentang cara mencegah stunting di PAUD HI Gaharu. Di sana juga ada upaya bersama untuk membuat kolam terpal dan kandang ayam untuk keluarga yang berisiko stunting.
Di ketiga desa tersebut, inovasi berbasis elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (EPPGBM) telah berhasil menurunkan prevalensi stunting. Di Kabupaten Bulungan, tingkat stunting menurun 4% dari 18,9% pada tahun 2022 menjadi 11,2% pada tahun 2023. Di Desa Mentuda, tingkat stunting menurun dari 9,35% pada tahun 2022 menjadi 7,39% pada tahun 2023. Di Desa Purwajaya, tingkat stunting menurun dari 7,00% pada tahun 2022 menjadi 2,43% pada tahun 2023. Di Desa Maibo, tingkat stunting pada tahun 2023 adalah 11,1%.