Kerap Terlupakan, Siapakah Sebenarnya Bapak Republik Indonesia?
Identitas Bapak Republik Indonesia: Mengenang Tan Malaka
Julukan “Bapak Republik Indonesia” kerap melekat pada salah satu tokoh nasional yang memberikan kontribusi besar terhadap negara ini. Namun, tidak banyak yang mengetahui siapa sebenarnya pemilik gelar tersebut. Kondisi ini tercermin dari sebuah video TikTok yang diunggah oleh akun @alwijo.bless, pada Senin (19/2/2024), di mana banyak orang, mulai dari anak sekolah hingga orang dewasa, salah mengira bahwa gelar tersebut merujuk kepada Presiden RI saat ini atau bahkan mengira bahwa Ir. Soekarno adalah pemiliknya. “Bapak republik yang dilupakan,” tulis salah satu pengguna. Lantas, siapakah sebenarnya Bapak Republik Indonesia?
Menurut penelusuran sejarawan dan dosen Ilmu Sejarah dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret (FIB UNS) Surakarta, Isnaini, Bapak Republik Indonesia adalah Tan Malaka. Tan Malaka diakui sebagai salah satu tokoh yang memiliki gagasan awal tentang Republik Indonesia, bahkan sebelum kemerdekaan, dan telah menginspirasi pemikiran Soekarno-Hatta tentang republik dan kemerdekaan Indonesia. Penyebutan Tan Malaka telah diakui secara resmi oleh pemerintah melalui pemberian gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden RI, Soekarno, melalui Keputusan Presiden Nomor 53 tanggal 28 Maret 1963.
Latar belakang julukan Bapak Republik Indonesia tidak lepas dari idealisme dan konsepsi tentang Indonesia sebagai negara republik merdeka. Gagasan ini pertama kali dituangkan oleh Tan Malaka dalam bukunya yang berjudul “Naar de Republiek Indonesia” atau “Menuju Republik Indonesia”. Oleh karena itu, pengakuan sebagai Bapak Republik Indonesia masih diidentikkan dengan Tan Malaka karena gagasannya yang mendasar tentang republik di Indonesia.
Tan Malaka adalah seorang pahlawan yang lahir pada 2 Juni 1897 di Nagari Pandam Gadang, Sumatera Barat, dengan nama lengkap Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka. Ia berasal dari keluarga semi-bangsawan dan orang tuanya bekerja sebagai pegawai pertanian Hindia Belanda. Tan Malaka mengenyam pendidikan di sekolah guru pribumi di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, sebelum melanjutkan studi ke Belanda pada usia 17 tahun. Di sana, ia mulai terpapar dengan gagasan-gagasan revolusioner dan pergerakan sosialis, yang membuka wawasannya terhadap konflik kelas, kolonialisme, dan keadilan sosial.
Peran Tan Malaka dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia sangat signifikan. Ia merupakan salah satu pendiri Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1920-an dan berperan penting dalam perjuangan melawan kolonialisme. Namun, perbedaan pandangan dengan pimpinan PKI mengakibatkan pengasingan Tan Malaka dari partai tersebut. Meskipun demikian, Tan Malaka terus berjuang dengan membentuk Partai Republik Indonesia (PARI) di Bangkok, Thailand, dengan tujuan mengembangkan kader bawah tanah untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Tan Malaka juga dikenal sebagai seorang penulis yang produktif, dengan karya-karyanya yang banyak membahas tentang nasionalisme, sosialisme, dan kemerdekaan. Salah satu karyanya yang terkenal adalah “Madilog”, di mana ia menggabungkan teori Marxisme dengan kebudayaan lokal, menjadi landasan bagi banyak aktivis dan pemikir Indonesia dalam memahami hubungan antara ekonomi, sosial, dan politik.
Dengan demikian, Tan Malaka adalah salah satu tokoh yang pantas diakui sebagai Bapak Republik Indonesia, mengingat kontribusi besar yang telah ia berikan dalam membangun Indonesia sebagai sebuah negara republik yang merdeka.