Kerugian Akibat Kemacetan di Jakarta Mencapai Rp 100 Triliun per Tahun
Kepala Unit Pengelola Sistem Jalan Berbayar Elektronik (SPBE) Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Zulkifli, menyatakan bahwa kerugian yang dialami warga Jakarta dan sekitarnya akibat kemacetan setiap hari mencapai Rp 100 triliun per tahun.
Zulkifli menjelaskan bahwa kerugian sebesar Rp 100 triliun tersebut terutama didominasi oleh potensi kerugian kesehatan akibat polusi dan waktu yang terbuang karena kemacetan di jalan. Ia menyebutkan bahwa dari sisi kesehatan dan waktu, kerugiannya mencapai Rp 60 triliun.
Sisa kerugian sebesar Rp 40 triliun terjadi pada biaya operasi kendaraan, termasuk biaya bahan bakar yang terbuang karena kendaraan tetap menyala di tengah kemacetan.
“Kerugian Rp 100 triliun itu terdiri dari Rp 40 triliun dari biaya operasi, seperti bahan bakar, oli, dan lain-lain. Nah, yang Rp 60 triliun itu dari travel time dan potensi polusi udara, itu dihitung jadi Rp 60 triliun,” jelas Zulkifli, dikutip dari Detikcom, Jumat (5/7/2024).
Ia menambahkan bahwa kemacetan di Jakarta terjadi karena banyak masyarakat yang masih menggunakan kendaraan pribadi. Padahal, sudah ada transportasi umum yang lengkap di Jakarta untuk mengurangi kemacetan.
Berdasarkan data, masyarakat di Jakarta masih minim menggunakan transportasi umum. Pemprov Jakarta mencatat pada 2023 ada 21 juta perjalanan, namun baru 4 juta atau sekitar 18,86% perjalanan yang menggunakan transportasi umum.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta, Syaripudin, mengungkapkan bahwa pemerintah daerah menargetkan minimal 30% perjalanan di Jakarta menggunakan transportasi umum pada tahun 2030.
“Kalau dipresentasikan, itu hanya 18,86% modal share-nya, padahal pada 2030 nanti kita berharap mencapai 30%,” kata Syaripudin.
Syaripudin juga menyebutkan bahwa penggunaan kendaraan pribadi yang masif di Jakarta menimbulkan beragam masalah, salah satunya kemacetan. Dia memperkirakan kerugian akibat kemacetan bisa mencapai puluhan triliun.
“Kerugian yang diterima oleh para pemilik kendaraan pribadi juga besar, serta biaya operasional dari kendaraan itu sendiri yang berjumlah puluhan triliun rupiah. Ini fakta yang saat ini kita lihat dalam keseharian,” papar Syaripudin.