Ketua PSSI Mengancam Agen Pemain yang Nakal : Jika Main-Main, Akan Dipenjara!
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, mengancam agen – agen pemain untuk tidak melakukan praktik curang dalam Liga 1 2024/2025. Ancaman ini mencakup pengaturan cedera dan terlibat dalam match fixing, dengan ancaman sanksi berat seperti pengadilan dan penjara.
“Pak Ferry [Direktur Utama T LIB] juga menyoroti pentingnya sertifikasi agen pemain. Kita tidak ingin agen-agen ini menjadi mafia baru yang terlibat dalam jual-beli skor,” ujar Erick.
Erick menegaskan bahwa tidak akan mentoleransi pemain yang diduga sengaja diatur cederanya oleh agen. “Agen yang terlibat dalam match fixing, harus dipenjara. Kita ingin menjaga integritas kompetisi dengan sungguh-sungguh,” tambahnya.
Erick menekankan bahwa PSSI sedang berusaha keras untuk memperbaiki kompetisi, dan siap untuk menghadapi siapa pun yang menghalangi upaya tersebut. Langkah yang diambil antara lain memperketat lisensi klub profesional, dengan ancaman sanksi bagi klub yang tidak memenuhi persyaratan.
“Kami sudah memberikan tugas kepada klub, sudah menerapkan VAR, meningkatkan kualitas wasit, dan klub-klub sudah berkomitmen pada club licensing. Tetapi masih ada oknum-oknum yang mengganggu. Mereka akan kami tindak tegas,” ungkap Erick.
PSSI juga sedang mengimplementasikan aturan baru untuk menyehatkan klub, termasuk pengendalian keuangan yang lebih ketat. “Kami ingin memastikan bahwa klub-klub di Indonesia bisa tumbuh secara sehat, dengan aturan seperti batasan pengeluaran gaji pemain,” jelasnya.
Dalam upayanya untuk menjaga integritas dan kemurnian kompetisi Liga 1 2024/2025, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, tidak hanya mengancam sanksi keras bagi agen pemain yang terlibat dalam praktik curang seperti pengaturan cedera dan match fixing, tetapi juga menekankan pentingnya penerapan aturan yang ketat untuk menyehatkan klub dan mengatur keuangan dengan baik.
Dengan langkah-langkah ini, PSSI berkomitmen untuk memastikan bahwa seluruh aspek kompetisi sepakbola di Indonesia dilaksanakan secara transparan dan profesional, tanpa ruang bagi praktik-praktik yang merugikan integritas olahraga nasional.