Menteri Bintang Puspayoga, yang memegang jabatan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, menekankan pentingnya upaya bersama untuk memastikan akses perempuan Indonesia terhadap layanan kesehatan dan informasi yang memadai, termasuk edukasi mengenai pencegahan penyakit jantung koroner.
“Dalam sebuah pernyataan, Menteri Bintang Puspayoga menggarisbawahi bahwa penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner pada perempuan, memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.
Data dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian ibu, berada di bawah pendarahan saat persalinan, hipertensi, gangguan peredaran darah, infeksi, dan gangguan metabolisme.
Penyakit jantung juga menjadi penyebab utama kematian bayi, berada di bawah pneumonia, diare, dan kelainan saraf. Data epidemiologi global mengindikasikan bahwa sekitar 80 persen perempuan berusia 40-60 tahun memiliki satu atau lebih faktor risiko terhadap penyakit jantung.
Penelitian telah membuktikan bahwa satu dari empat perempuan meninggal akibat penyakit jantung koroner. Ini melebihi angka kematian akibat semua jenis kanker, menegaskan peran penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab utama kematian pada perempuan.
Untuk itu, Menteri Bintang Puspayoga mendorong pemberdayaan perempuan dalam bidang kesehatan, termasuk peningkatan representasi perempuan dalam posisi strategis dan partisipasi dalam riset kesehatan. Tujuannya adalah untuk merumuskan pendekatan kesehatan yang sesuai dan mendorong kebijakan nasional terkait penanganan penyakit jantung pada perempuan.
“Perempuan memiliki potensi sebagai agen perubahan dalam mendorong kemajuan sesama perempuan. Saya berharap para dokter, baik spesialis maupun umum, serta tenaga medis, baik laki-laki maupun perempuan, terus mendukung upaya ini untuk mencapai kesetaraan gender, terutama di sektor kesehatan. Dengan demikian, perempuan Indonesia dapat perlahan meningkatkan kualitas hidup yang layak dan sehat,” tandasnya.”