“Kemendikbudristek Terapkan SPBE melalui Bug Bounty Competition”
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sedang mengimplementasikan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) melalui Bug Bounty Competition, sebuah acara tahunan yang bertujuan mengatasi tantangan keamanan siber.
Dalam pernyataan resmi di Jakarta pada hari Selasa, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, menekankan bahwa perkembangan teknologi tidak terlepas dari tantangan, termasuk keamanan siber atau keamanan cyber.
Nadiem menjelaskan bahwa pihaknya sebelumnya telah menerbitkan Peraturan Sekretaris Jenderal (Persesjen) Nomor 11 Tahun 2022 yang berfokus pada Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) dalam konteks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) di bawah naungan Kemendikbudristek.
Namun, guna merespons tantangan keamanan siber yang terus berkembang, Kemendikbudristek mengadakan Bug Bounty Competition sebagai bentuk kolaborasi antara unit kerja internal dan para bug hunter untuk memastikan implementasi SPBE tetap aman.
Kompetisi ini dimulai dengan mengidentifikasi berbagai isu keamanan siber yang mendorong tim Education Computer Security Incident Response Team (EDU CSIRT), unit di Kemendikbudristek yang khusus berfokus pada merespons insiden keamanan komputer di bidang pendidikan.
Hasan Chabibie, Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemendikbudristek, mengungkapkan bahwa acara ini mencerminkan komitmen serius untuk menjaga keamanan sistem, seiring dengan transformasi digital yang tengah berlangsung di lingkungan Kemendikbudristek.
Lebih lanjut, Hasan menyatakan bahwa kompetisi ini adalah bukti nyata kolaborasi, menunjukkan tekad pihaknya untuk melibatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan selama proses transformasi digital di lingkungan Kemendikbudristek.
Bug Bounty Competition tahun ini diselenggarakan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, dan dikombinasikan dengan seminar keamanan informasi yang membahas “Keamanan Siber dalam Ekonomi Digital di Sektor Pendidikan”.
Menteri Riset dan Teknologi pada periode 2014-2019, Mohamad Nasir, yang menjadi narasumber dalam seminar tersebut, menekankan pentingnya perkembangan keamanan informasi sejalan dengan perkembangan teknologi.
Nasir menggarisbawahi bahwa walaupun internet memberikan manfaat dan kemudahan, tetapi juga membawa risiko kejahatan siber. Ia menegaskan bahwa kejahatan siber dapat mengancam individu atau kelompok melalui serangan digital yang dapat meretas data pribadi atau merusak data penting.
Waskito Kawedar, Wakil Dekan Sumber Daya FEB Undip, menambahkan bahwa acara ini dapat memberikan inspirasi kepada mahasiswa dan siswa untuk lebih memahami tentang keamanan siber.
Pada tahun kedua pelaksanaan Bug Bounty Competition, tema yang diangkat adalah “Action for Prevention”, dengan total 504 peserta terdaftar dalam dua kategori, yaitu pendidik dan peserta didik.
Dari kategori pendidik, terdapat 151 peserta terdaftar, yang terdiri dari 123 guru dan 28 dosen. Sementara dalam kategori peserta didik, terdapat 353 peserta terdaftar, dengan mayoritas mahasiswa (297 peserta) dan siswa (56 peserta).
Hasil dari Bug Bounty Competition 2023 menghasilkan sembilan pemenang, yang dibagi dalam tiga kategori: pendidik, mahasiswa, dan siswa.
Para pemenang, baik dari tahun ini maupun tahun sebelumnya, akan bergabung dalam komunitas untuk berpartisipasi dalam menjaga keamanan SPBE di lingkungan Kemendikbudristek.