Konferensi Moderasi Beragama Menghadirkan Kembali Semangat Dasasila
Menurut Amien Suyitno, Kepala Badan Litbang Diklat Kementerian Agama, tujuan dari Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin di Kota Bandung adalah untuk menghidupkan kembali semangat Dasasila Bandung dari sudut pandang agama.
Sejak Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 di Bandung dan diplomasi Indonesia di Amerika Latin, Suyitno menyatakan bahwa tujuan utama konferensi ini adalah untuk menghidupkan kembali semangat perdamaian dan persatuan.
Kenya, Srilanka, India, Yaman, Sudan, Pakistan, Iran, Meksiko, Mesir, Libya, Kamboja, Mozambik, Irak, China, UEA, Malaysia, Arab Saudi, dan Yordania menghadiri konferensi di Gedung Merdeka dan Hotel Savoy Homann Bandung, Jawa Barat, dari 19 hingga 22 Desember 2023.
Suyitno menyatakan bahwa tujuan Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin adalah untuk menjadi forum yang mendorong peran agama sebagai solusi konflik di seluruh dunia. Konferensi ini bertujuan untuk meningkatkan peran Indonesia dalam diplomasi publik internasional melalui penguatan moderasi beragama, mendorong suasana global yang damai, dan menciptakan kerukunan umat beragama; memerangi meningkatnya kekerasan dan kelompok agama ekstrem; dan mendorong diskusi antara pemimpin, cendekiawan, dan praktisi dari berbagai latar belakang tentang moderasi, toleransi, kesetaraan, dan keamanan.
Suyitno juga menyatakan bahwa konferensi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dari sudut pandang agama untuk mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Selain itu, ia menyatakan bahwa Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin ini berfungsi sebagai pembuka untuk KTT Asia-Afrika dan Amerika Latin yang akan berlangsung pada tahun 2024.
Kementerian Agama, Kementerian Luar Negeri, dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bekerja sama untuk menyelenggarakan acara dengan tema “Agama dan Kemanusiaan: Mempersiapkan Konferensi Asia–Afrika dan Amerika Latin (AALA) Menghidupkan Kembali Semangat Bandung dan Gerakan Non-blok dalam Menanggapi Dinamika Geopolitik Saat Ini.”