LPEI Mendorong Ekspor Batik Aroma Terapi Madura ke Luar Negeri
Batik aroma terapi, sebuah produk unik yang menghadirkan aroma wangi rempah dan bunga dari kain, kini mendapat dorongan ekspor dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Batik jenis ini diproduksi oleh Al Warits, yang telah menjadi mitra binaan LPEI sejak tahun 2019.
Dalam sebuah rilis resmi, LPEI menyatakan komitmennya untuk terus memperkuat ekosistem ekspor yang berkelanjutan, dengan harapan bisa memberikan kontribusi signifikan bagi ekspor nasional.
“Dalam rangka mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan, kami terus memberikan pendampingan kepada perajin batik aroma terapi yang merupakan ciri khas Madura,” demikian pernyataan dari LPEI yang dirilis pada Sabtu (20/4).
Untuk mencapai tujuan tersebut, LPEI berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian Keuangan (Bea Cukai dan Direktorat Jenderal Pajak), serta Dinas Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (UMKM) Provinsi Jawa Timur.
Kolaborasi tersebut melibatkan pendampingan terhadap 139 perajin perempuan yang merupakan binaan Al Warits, tersebar di 11 desa di Kabupaten Bangkalan, Pamekasan, dan Sumenep.
Warisatul Hasanah, pendiri Al Warits, menyatakan bahwa LPEI dan Kementerian Keuangan memberikan pelatihan untuk memperkuat kapasitas dan organisasi perusahaan.
“Kami juga mendapat pelatihan dalam penyusunan laporan keuangan, manajemen perusahaan, prosedur dan perizinan ekspor, serta penyuluhan perpajakan untuk meningkatkan kapasitas bisnis Desa Devisa Batik aroma terapi,” ungkap Warisatul.
Ilham Mustafa, Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI, menjelaskan bahwa program Desa Devisa dirancang untuk membantu dalam membuka potensi ekspor komoditas unggulan daerah.
Program pendampingan Desa Devisa Batik Aroma Terapi telah berhasil mendorong ekspor produk batik aroma terapi ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Korea, dan Jepang.
“LPEI berkomitmen untuk terus mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan demi menciptakan kesejahteraan bagi para perajin batik,” tambah Ilham.
Selain itu, berbagai pelatihan dan pendampingan yang diberikan oleh LPEI untuk desain batik gentong Madura dan peningkatan kapasitas produksi dalam satu tahun terakhir juga telah membuahkan hasil yang positif.
LPEI berhasil meningkatkan kapasitas produksi perajin batik dari 400 kain menjadi 4.000 kain per hari, serta meningkatkan pendapatan perajin dari Rp300.000 menjadi Rp1.250.000 per bulan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor batik pada tahun 2023 mencapai US$17,45 juta. Batik asal Indonesia terutama diekspor ke negara-negara seperti Amerika Serikat (74,75 persen), Jerman (3,61 persen), Singapura (3,23 persen), Malaysia (2,82 persen), dan Kanada (1,92 persen).