Manfaat Pelukan dan Ciuman Orang Tua Bagi Anak
Dalam sebuah sekolah menengah atas di desa, seorang guru bertanya kepada siswanya kapan mereka merasakan dipeluk dan dicium oleh orang tua masing-masing. Pada awalnya, siswa tidak mengacungkan tangan, dan guru tampak membingungkan mereka dengan pertanyaannya.
Setelah menunjuk siswa satu per satu, guru itu mengubah pendekatan. Pada akhirnya, siswa mau memberikan jawaban. Murid pertama mengatakan bahwa orang tuanya tidak pernah menciumnya. Murid lain mengatakan bahwa dia terakhir kali menciumnya saat dia masih di TK, tetapi tidak pernah lagi setelah itu.
Jawaban siswa lain, “Sebulan yang lalu, Bu,” membuat guru terhibur.
Guru bertanya kepada murid pertama dan kedua, “Masak sih tidak pernah?” Sementara murid ketiga menjawab, “Dia dicium oleh ibunya ketika dia sakit di puskesmas.”
Guru akhirnya menyadari bahwa ciuman dan pelukan orang tua dalam lingkungan sosial tempat anak-anak ini dibesarkan memiliki budaya yang berbeda. Di beberapa budaya perdesaan, khususnya di Madura, memeluk dan mencium anak yang sudah besar dianggap sebagai “pantangan”. Ini terutama berlaku jika dilakukan oleh ibu atau ayah kepada anak laki-laki atau anak perempuan.
Ketika anak-anak di usia SMP atau SMA di lingkungan tersebut, orang tua mulai menjaga jarak fisik dari anak-anak mereka. Ini berbeda dengan masyarakat perkotaan yang biasanya terbiasa dengan interaksi fisik seperti memeluk dan mencium. Desa menganggap perilaku tersebut menyimpang dan dapat menimbulkan rasa risih.
Menurut Evy Yulistiowati, mantan Ketua Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kabupaten Bondowoso, anak-anak dari perdesaan seringkali tidak menerima sentuhan fisik dari orang tua saat mereka remaja. Faktor lain yang berpengaruh adalah tingkat pendidikan orang tua; orang tua yang hanya lulus sekolah menengah pertama sering kali tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang pentingnya memberikan ciuman dan pelukan kepada anak-anak mereka.
Sebuah pelatihan tentang pola asuh yang baik untuk anak-anak dengan guru sekolah menengah menunjukkan bahwa, meskipun anak-anak sudah dewasa, guru terbiasa mencium anak-anak mereka setiap hari.
Dari sudut pandang psikologis, pelukan dan ciuman dari orang tua memiliki banyak manfaat bagi perkembangan jiwa anak, termasuk rasa damai dan percaya diri. Anak-anak yang sering mendapat pelukan dan ciuman merasa diterima dan dihargai di lingkungan sosial, sementara anak-anak yang minder cenderung mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan dari orang tua dan mencari perhatian dari orang lain.
Anak-anak yang dibesarkan dengan pelukan dan ciuman orang tua dapat mengisi “tangki kasih” jiwa mereka, dan anak-anak yang dibesarkan dengan tangki kasih yang penuh lebih mungkin berhasil dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Mereka lebih baik dalam belajar, lebih kuat, lebih mudah beradaptasi dengan orang lain, dan lebih mungkin memiliki kepribadian yang menyenangkan.
Sementara mereka tidak bertanggung jawab langsung untuk mengubah budaya ini, guru dapat berkontribusi dengan mengajarkan siswa tentang pentingnya interaksi fisik dengan orang tua. Misalnya, guru dapat mengajarkan siswa untuk mencium tangan, memeluk, dan mencium pipi orang tua mereka sebagai latihan. Orang tua akan menjadi terbiasa dan tidak lagi merasa risih memberikan ciuman dan pelukan kepada anak-anak mereka karena inisiatif mereka.
Meskipun pelukan dan ciuman hanyalah tindakan kecil, mereka memiliki pengaruh besar untuk membantu generasi muda tumbuh dengan jiwa yang matang dan siap menghadapi masa depan.