Melestarikan Batik Buatan Tangan sebagai Upaya Pemeliharaan Nilai Tambah
Meskipun teknologi terus berkembang pesat, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menekankan pentingnya melestarikan proses batik Buatan Tangan atau handmade. Luhur Pradjarto, Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Kemenkop UKM, menekankan hal ini dengan mencontohkan batik khas Madura. Yang terbuat secara manual dan memerlukan waktu 6 hingga 7 bulan, yang membuatnya mahal hingga mencapai Rp100 juta.
Luhur mengatakan pada acara “Bagian Kedua Kisah Batik Indonesia dan Jinju Silk” di Jakarta bahwa corak batik di seluruh Indonesia sangat beragam, dengan setiap daerah memiliki warna dan corak unik. Dia juga mengatakan bahwa Yogyakarta dan Solo memiliki corak khusus yang tergunakan oleh raja, seperti motif parang rusak.
Kemenkop UKM berfokus pada kolaborasi untuk mengembangkan batik Indonesia, yang telah terakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda, termasuk dengan Korea. Luhur berharap bahwa kerja sama ini akan membantu batik dan UMKM.
Luhur berbicara tentang harapannya untuk memperkenalkan batik Indonesia ke Korea dan sutra Korea ke Indonesia saat berbicara tentang kolaborasi antara Indonesia dan Korea.
Berharap bahwa pameran busana “Bagian Kedua dari Kisah Batik Indonesia dan Jinju Silk”. Akan memberikan kesempatan bagi UMKM Indonesia dan Korea untuk bekerja sama dan bekerja sama di seluruh dunia.
Pada tahun 2022, acara serupa akan diadakan dengan tujuan memperkenalkan desain kontemporer “Batik-Jinju Silk”, yang didasarkan pada budaya tradisional Indonesia dan Kota Jinju, Korea Selatan.
Muhammad Lukman, Chief Design Officer Batik Fractal, dan Park Seon-ock, desainer hanbok kontemporer, terlibat dalam proyek ini. Park Seon-ock menggunakan kain bermotif batik untuk membuat hanbok dengan sentuhan kontemporer.