Memahami Gejala Khas Rinitis Alergi pada Anak
Dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorokan dari Rumah Sakit Universitas Indonesia, dr. Niken Lestari Sp. THTBKL Subs. AI(K), menekankan pentingnya orang tua untuk mengenali empat gejala khas dari rinitis alergi pada anak.
“Empat gejala khas rinitis alergi ini, yaitu bersin berulang, hidung gatal, hidung meler, dan hidung tersumbat, terutama terjadi pada waktu tertentu dan tidak disertai demam,” kata Niken dalam sebuah diskusi daring di Jakarta, pada hari Kamis.
Niken menjelaskan bahwa jika anak mengalami minimal dua dari empat gejala tersebut, dapat dicurigai bahwa mereka menderita rinitis alergi. Gejala tersebut biasanya muncul terutama pada malam hari dan pagi hari, berbeda dengan flu yang gejalanya dapat terjadi sepanjang hari dan disertai demam. Rinitis alergi cenderung muncul terutama pada malam dan siang hari tanpa demam.
Selain gejala khas tersebut, ada juga gejala lain yang dapat diamati oleh mata atau dengan pemeriksaan fisik, seperti warna gelap di bawah mata akibat hidung yang tersumbat, sering mengernyitkan wajah, menggoyangkan hidung, dan memejamkan mata karena gatal, serta gigi depan yang terlihat lebih menonjol karena sering bernapas melalui mulut.
“Bersama dengan gejala khas, dapat ditemukan juga gejala lain seperti telinga gatal atau terasa penuh, gangguan penciuman, sakit kepala, gatal pada langit-langit tenggorokan, batuk, dan gangguan tidur seperti mendengkur,” tambah Niken.
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 35 persen anak mengalami rinitis alergi, yang pemicunya seringkali adalah zat alergen yang terhirup seperti tungau debu, serbuk sari dari rumput dan pohon, serta bulu binatang seperti kucing dan anjing.
Untuk mengelola dengan efektif, diperlukan kombinasi pendekatan, termasuk penghindaran alergen dengan mengontrol lingkungan, pemberian obat-obatan, imunoterapi, dan jika diperlukan, tindakan bedah. Selain itu, edukasi juga penting dalam upaya pengelolaan rinitis alergi.
“Kontrol lingkungan seperti membersihkan kamar secara rutin, menghindari paparan alergen, dan melakukan cuci hidung dengan cairan garam 0,9 persen dapat membantu mengelola gejala. Penggunaan obat antihistamin atau anti alergi juga perlu dilakukan minimal selama 2 hingga 4 minggu,” jelas Niken.
Pemeriksaan lanjutan juga dapat dilakukan, seperti pemeriksaan THT dengan endoskopi hidung dan tes kulit untuk alergen tertentu. Jika tes kulit tidak memungkinkan, pemeriksaan darah untuk kadar imunoglobulin E spesifik juga dapat membantu dalam diagnosis alergi.