spot_img

Mengapa Adopsi Mobil Listrik di Indonesia Tergolong Lambat?

Date:

Mengapa Adopsi Mobil Listrik di Indonesia Tergolong Lambat?

Pasar kendaraan listrik (EV) akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang, tetapi adopsi kendaraan ramah lingkungan ini lebih lambat di Indonesia daripada di seluruh dunia, karena sejumlah alasan, termasuk kekhawatiran tentang ketersediaan stasiun pengisian daya dan biaya pemeliharaan jangka panjang.

Survei terbaru oleh PricewaterhouseCoopers (PwC) Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar peserta merasa khawatir tentang ketersediaan stasiun pengisian kendaraan listrik, baik untuk mobil maupun sepeda motor (sebesar 63 persen dan 52 persen masing-masing). Kekhawatiran lain adalah ketersediaan stasiun pengisian kendaraan listrik di daerah terpencil, dengan 47% dan 54% masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mengatasi kekhawatiran konsumen, infrastruktur pengisian daya yang merata harus dikembangkan.

Seorang pemimpin industri dan pembuat kebijakan, Hendra Lie, dari PwC Indonesia Automotive Leader, sedang mempersiapkan diri untuk masa depan di mana kendaraan ramah lingkungan akan memainkan peran utama di pasar. Beberapa dari kekhawatiran konsumen jangka panjang termasuk biaya pemeliharaan jangka panjang, seperti penggantian baterai 87% responden, biaya suku cadang 83%, biaya tak terduga 66%, dan biaya perawatan rutin 59%. Kekhawatiran ini dapat memengaruhi tingkat adopsi EV.

PwC Indonesia telah merilis Indonesia Electric Vehicle Consumer Survey 2023 untuk memberikan pembaca wawasan luar biasa tentang kesiapan konsumen Indonesia terhadap kendaraan listrik dan potensi masa depan industri.

Menurut PwC, konsumen Indonesia semakin menyadari pentingnya kendaraan ramah lingkungan, yang dapat mengakibatkan peningkatan permintaan untuk EV. Dengan fitur seperti mesin yang lebih senyap (85%), teknologi inovatif (76%), dan fitur menarik yang belum pernah ada sebelumnya (82%), kendaraan listrik dianggap sebagai kendaraan masa depan, dan kendaraan berbahan bakar fosil tidak dapat melakukannya.

Teknologi terbaru, termasuk baterai solid-state yang sedang dikembangkan, dapat menawarkan waktu pengisian ulang yang lebih cepat, jangkauan berkendara yang lebih lama, peningkatan keselamatan, dan inovasi dalam pengisian daya nirkabel untuk mendukung berkendara otonom dan meningkatkan fleksibilitas. Kemajuan ini, terutama dalam hal efisiensi dan teknologi baterai, dapat mengurangi biaya perawatan kendaraan dan memperpanjang umur kendaraan.

Secara keseluruhan, pasar EV di Indonesia menghadapi masalah, terutama dalam hal infrastruktur dan biaya perawatan. Namun, karena kesadaran konsumen yang meningkat dan kemajuan teknologi, pasar ini juga memiliki potensi pertumbuhan yang besar di masa depan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Subscribe

spot_img

Popular

More like this
Related

bank bjb Raih Penghargaan Top 20 Financial Institution 2024 dari The Finance

JAKARTA – bank bjb terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat posisinya sebagai salah...

bank bjb Jalin Kerjasama dengan PT Geo Dipa Energi (Persero) Terkait Layanan Perbankan

BANDUNG - bank bjb terus memperkuat sinergi dan kolaborasi sebagai bagian dari strategi...

Wujudkan Pertumbuhan Bersama, bank bjb Efektif Setorkan Modal ke Bank Jambi

BANDUNG - bank bjb terus menunjukkan komitmennya untuk mendukung pengembangan Bank Pembangunan Daerah...

Bandung bjb Tandamata Resmi Umumkan Daftar Pemain Tim Putri

BANDUNG – Bandung bjb Tandamata resmi mengumumkan daftar pemain tim voli putri...