Mengapa Beberapa Orang Percaya pada Teori Konspirasi? Inilah Penjelasannya!
Teori konspirasi telah menjadi topik yang umum dibahas di masyarakat karena percaya memberikan pandangan alternatif tentang berbagai fenomena atau peristiwa. Pandangan tersebut sering kali dibuat oleh kelompok tertentu yang meyakini bahwa suatu peristiwa atau fenomena dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda dari narasi yang diterima secara luas. Namun, sering kali teori konspirasi bertentangan dengan versi resmi atau ilmiah yang diterima secara luas.
Dikutip dari laman Encyclopedia Britannica, teori konspirasi adalah upaya untuk menjelaskan suatu peristiwa dengan menolak narasi yang diterima luas tentang peristiwa tersebut. Teori konspirasi cenderung meningkat prevalensinya pada periode kecemasan, ketidakpastian, atau kesulitan yang meluas, seperti selama perang, depresi ekonomi, atau setelah bencana alam.
Isi dari teori konspirasi biasanya sarat dengan emosi dan memberikan kepuasan secara emosional bagi para pengikutnya. Namun, standar pembuktian teori tersebut cenderung lemah. Teori konspirasi seringkali melibatkan dugaan tentang adanya rencana tersembunyi, manipulasi, atau tindakan jahat yang dilakukan oleh pihak tertentu, seperti pemerintah atau kelompok rahasia. Namun, penting untuk dipahami bahwa tidak semua pandangan kritis atau skeptis terhadap pemerintah atau lembaga resmi dapat dikategorikan sebagai teori konspirasi. Kelangsungan eksistensi teori konspirasi dapat disebabkan oleh faktor psikologis dan ketidakpercayaan terhadap sumber-sumber resmi.
Mengapa Masyarakat Percaya Pada Teori Konspirasi?
Menurut penelitian yang diterbitkan oleh American Psychological Association, orang-orang cenderung percaya pada teori konspirasi karena kombinasi dari ciri kepribadian dan motivasi tertentu. Ini termasuk bergantung pada intuisi, merasa rasa antagonisme dan superioritas terhadap orang lain, serta merasa terancam di lingkungan mereka.
Para ahli teori konspirasi tidak semuanya berpikiran sederhana atau tidak sehat secara mental. Sebaliknya, banyak yang beralih ke teori konspirasi untuk memenuhi kebutuhan motivasi yang dirampas dan memahami tekanan dan kekurangan dalam kehidupan mereka.
Penelitian menemukan bahwa secara keseluruhan, orang-orang termotivasi untuk percaya pada teori konspirasi karena adanya kebutuhan tertentu. Mereka membutuhkan pemahaman dan perasaan aman di lingkungan mereka, serta kebutuhan untuk merasa bahwa komunitas yang mereka identifikasi lebih unggul dari yang lain. Orang-orang dengan ciri kepribadian tertentu, seperti rasa antagonisme terhadap orang lain dan tingkat paranoia yang tinggi, lebih cenderung mempercayai teori konspirasi. Mereka yang sangat percaya pada teori konspirasi juga cenderung merasa tidak aman, paranoid, mudah berubah emosi, impulsif, curiga, menarik diri, manipulatif, egosentris, dan eksentrik.
Faktor Pendorong Utama di Balik Kepercayaan pada Teori Konspirasi
Dilansir dari laman Verywell Mind, ada sejumlah alasan mengapa orang percaya pada teori konspirasi, dan banyak dari penjelasan tersebut berakar pada 3 faktor pendorong utama :
- Alasan Epistemik : Penjelasan epistemik mengacu pada keinginan untuk memperoleh kepastian dan pemahaman dalam dunia yang sering kali tampak membingungkan dan berbahaya. Orang ingin memahami dan menjelaskan hal-hal yang terjadi untuk membangun pemahaman yang konsisten tentang cara kerja dunia.
- Alasan Eksistensial : Orang mungkin beralih ke teori konspirasi sebagai cara untuk merasa lebih aman dan terkendali ketika mereka merasa terancam. Mendeteksi sumber bahaya dapat menjadi cara untuk mengatasi kecemasan.
- Alasan Sosial : Masyarakat juga dapat percaya pada konspirasi karena alasan sosial. Dengan mempercayai konspirasi yang menggambarkan kelompok luar sebagai musuh, orang dapat merasa lebih baik terhadap diri mereka sendiri dan kelompok sosial mereka.
Percaya pada teori konspirasi memberi seseorang perasaan bahwa mereka adalah “pahlawan” dalam cerita, sedangkan yang berkonspirasi melawan mereka adalah “musuh.”
