Mengenal Satrio Bimo, Sapi Kurban Presiden Jokowi : Berat 934 Kg, Nilainya Dekati Rp 100 Juta!
Pada Idul Adha tahun 1445 Hijriah/2024 yang jatuh pada tanggal 17 Juni, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan melaksanakan penyembelihan hewan kurban. Salah satu sapi yang akan diurbankan adalah Satrio Bimo, hewan yang memiliki berat mencapai 934 kilogram dan harganya mendekati Rp 100 juta. Keputusan ini telah resmi ditetapkan oleh Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag).
Satrio Bimo, yang berasal dari jenis sapi Peranakan Ongole (PO), adalah milik seorang warga dari Padukuhan Depok, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dipilih dari sembilan sapi lain yang diajukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul untuk menjadi hewan kurban presiden.
Satrio Bimo, Sapi Kurban Pilihan Presiden
Satrio Bimo adalah sapi jenis Peranakan Ongole yang memiliki ciri berwarna putih dengan punuk di punggungnya. Berusia tiga tahun, Satrio Bimo memiliki dimensi tubuh yang mengesankan, dengan panjang badan mencapai 2,5 meter dan tinggi 1,7 meter. Pemiliknya, Zuli Nuryanto (45), sehari-hari bertugas sebagai anggota Polsek Sewon Bantul dengan pangkat Aipda. Dia merasa bangga karena hewannya terpilih sebagai kurban Presiden Jokowi. “Bangga kami bisa melayani beliau (Joko Widodo). Kami peternak lokal bangga sapi ini masuk dan terpilih sebagai sapi kurban RI 1,” katanya seperti yang dilaporkan oleh Kompas.com.
Awalnya, Satrio Bimo dibeli oleh Zuli saat berusia 10 bulan dari Kapanewon Banguntapan, Bantul, DI Yogyakarta, dengan tujuan untuk dirawat dan diikutkan dalam kontes sapi. Menurut Zuli, sangat jarang sapi jenis Ongole memiliki ukuran sebesar ini, dengan bobot hampir mencapai 1.000 kilogram. Sejak awal, Satrio Bimo dirawat dengan baik oleh Zuli, yang memberikan nama tersebut dengan harapan agar ketika dewasa, Satrio Bimo akan tumbuh gagah, sesuai dengan namanya yang terinspirasi dari pewayangan.
Seleksi Ketat Untuk Satrio Bimo
Zuli menceritakan bagaimana proses pemilihan Satrio Bimo sebagai sapi kurban Presiden Jokowi. Awalnya, dia mendaftarkan empat sapi miliknya pada 3 Mei 2024. Namun, dari keempatnya, hanya Satrio Bimo yang lolos seleksi. “Sebenarnya saat proses seleksi itu saya mengajukan tiga sapi. Jenisnya PO dan limousin. Tapi, yang lolos hanya satu ini. Jadi yang tidak lolos seleksi itu sekarang saya jual di Jakarta,” jelas Zuli.
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul kemudian mendaftarkan sepuluh sapi dari para peternak setempat untuk diseleksi oleh tim pemerintah DI Yogyakarta dan Sekretariat Kepresidenan RI. Satrio Bimo terpilih dari antara sapi-sapi tersebut untuk menjadi hewan kurban Presiden Jokowi.
Perawatan Teliti Untuk Satrio Bimo
Zuli memberikan perawatan yang cermat untuk Satrio Bimo, dengan memberikan pakan rumput kombor dan konsentrat dua kali sehari, serta suplemen tiga bulan sekali. Dia merawat hewan ternak sejak tahun 2009 dan mengaku merawat Satrio Bimo dengan cara yang berbeda dari sapi lainnya. Selain nutrisi yang lebih, Satrio Bimo juga diajak jalan-jalan oleh Zuli dua kali dalam seminggu untuk menghindari kebosanan di kandang.
Proses seleksi Satrio Bimo untuk menjadi kurban Presiden Jokowi juga tidak dilakukan dengan asal-asalan. Zuli menjelaskan bahwa sapi tersebut menjalani serangkaian pemeriksaan seperti pemeriksaan darah, air liur, kotoran, dan penimbangan berat badan.
Satrio Bimo adalah sapi kedua yang dibeli oleh Zuli untuk kurban Presiden Jokowi. “Sapi yang saya rawat itu kan sebagian besar saya kirim ke Jakarta. Nah, kebetulan pada 2022 itu ada juga sapi yang dibeli oleh Pak Jokowi untuk kurban,” tambah Zuli. Hingga saat ini, Satrio Bimo masih berada di Bantul, menunggu petunjuk lebih lanjut dari Kementerian Sekretariat Negara terkait pengirimannya.
