Mengenal Silent Majority, Istilah yang Muncul dalam Konteks Pemilu
Pemilihan untuk presiden-wakil presiden dan anggota legislatif telah selesai dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2024, Setelah proses pemungutan suara berakhir, perhatian saat ini tertuju pada sebuah istilah yang sedang menjadi sorotan, yaitu “silent majority”. Tetapi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan silent majority?
Istilah silent majority banyak digunakan dalam konteks dinamika politik dan pemilihan umum di Indonesia. Berikut adalah penjelasan mengenai silent majority yang disarikan dari berbagai sumber.
Pengertian Silent Majority
Silent majority adalah istilah dalam bahasa Inggris yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti mayoritas yang diam. Secara khusus, istilah ini merujuk pada sebagian besar masyarakat yang memiliki preferensi politik tertentu tetapi enggan mengungkapkan pilihan mereka secara terbuka.
Fenomena silent majority dianggap sulit diprediksi melalui jajak pendapat atau survei elektabilitas menjelang pemilu karena mereka sengaja memilih untuk diam atau tidak menunjukkan preferensi politik mereka secara terbuka.
Sejarah Kemunculan Istilah Silent Majority
Istilah silent majority pertama kali digunakan secara politis oleh Warren Harding dalam kampanyenya pada tahun 1919. Pada tahun 1960-an, istilah ini kembali muncul dan mendapatkan perhatian setelah digunakan oleh Richard Nixon dalam pidatonya yang ditayangkan di televisi. Nixon menggunakan istilah silent majority untuk menggalang dukungan para pemilih yang mungkin belum memutuskan pilihan mereka karena merasa tidak puas dengan pilihan yang ada.
Hingga saat ini, istilah silent majority telah menjadi bagian yang akrab dalam ranah politik dan pemilihan umum, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di berbagai negara.
Contoh Silent Majority dalam Pemilu
Contoh konkret dari silent majority dalam konteks pemilihan umum adalah ketika sebagian besar masyarakat dalam kelompok besar secara diam-diam menyatakan dukungan kepada salah satu pasangan calon (paslon). Kelompok silent majority ini cenderung memilih untuk menjaga pendapat mereka agar tidak diketahui secara terbuka karena berbagai alasan tertentu.
Dampak dari keputusan silent majority baru akan terlihat pada hari pemungutan suara. Selain itu, survei dan jajak pendapat belum tentu mampu mengukur preferensi silent majority secara akurat.
Dampak dari Silent Majority
Sikap silent majority atau mayoritas yang diam dalam konteks pemilu bisa memberikan dampak yang signifikan. Beberapa dampak dari silent majority dalam pemilu antara lain:
- Suara dari kelompok silent majority sulit terdeteksi dalam jajak pendapat sehingga bisa menyebabkan kejutan dalam hasil pemilu.
- Kontroversi sering muncul karena sulit untuk memverifikasi klaim dari silent majority.
- Istilah ini sering dijadikan narasi politik oleh kandidat tertentu untuk mengklaim basis massa yang lebih besar.
- Hasil pemilu menjadi lebih sulit diprediksi karena efek dari suara ‘diam’ ini.
- Kandidat yang mampu menarik dukungan dari silent majority berpeluang besar memenangkan pemilihan karena mereka mewakili suara mayoritas yang diam.
Demikianlah penjelasan mengenai apa itu silent majority yang menjadi sorotan dalam pemilu.