Menlu : Masih Ada Utang yang Harus Dibayar, Kemerdekaan Palestina!
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengajak negara-negara Asia dan Afrika untuk meningkatkan kerja sama di tengah situasi global saat ini. Retno menekankan bahwa kerja sama antara kedua benua tersebut bisa diperkuat dengan fokus pada aspek kemanusiaan.
“Saat ini dunia menghadapi tantangan besar. Kepercayaan saling berkurang, penghormatan terhadap kedaulatan dan hukum internasional menurun, dan upaya damai dalam mengatasi konflik seperti yang terjadi di Gaza belum membuahkan hasil yang signifikan. Oleh karena itu, kerja sama antara Asia dan Afrika menjadi sangat penting untuk menyeimbangkan perbedaan dan membangun masa depan yang damai,” kata Menlu Retno dalam pernyataannya pada Kamis (6/6/2024).
Retno menyampaikan pandangannya ini dalam sebuah diskusi berjudul ‘Road to Platinum Jubilee’ di Jakarta, yang diadakan menjelang peringatan ke-70 Konferensi Asia Afrika (KAA) pada tahun depan. Diskusi tersebut mengusung tema ‘Asia Afrika yang Kita Inginkan: Memberdayakan Global South Berbekal Spirit Bandung’.
Menlu Retno menyoroti bahwa melalui KAA, para pendiri bangsa telah menanamkan semangat kerja sama di antara negara-negara Asia dan Afrika dalam Spirit Bandung. Semangat ini, menurutnya, telah tumbuh menjadi kuat dan berdampak signifikan.
Retno menekankan tiga hal untuk memperkuat kerja sama antara Asia dan Afrika. Pertama, adalah memastikan keadilan dan kemanusiaan global. Retno menyoroti kehilangan keadilan dan kemanusiaan bagi rakyat Palestina yang menjadi korban kekejaman Israel, menyebutnya sebagai utang yang belum terbayarkan.
“Salah satu utang yang belum kita lunasi adalah kemerdekaan Palestina. Indonesia akan terus berupaya membantu rakyat Palestina, termasuk melalui Mahkamah Internasional, OKI, dan PBB, serta meningkatkan bantuan kemanusiaan melalui UNRWA,” ujarnya.
Kedua, menurut Retno, adalah meningkatkan inklusivitas. Tantangan-tantangan global, menurutnya, tidak dapat diatasi jika negara-negara besar hanya memperhatikan kepentingan pribadi. Oleh karena itu, Spirit Bandung harus menjadi landasan bagi kerja sama yang lebih adil dan penguatan multilateralisme.
“Peringatan jubileum platinum tahun depan harus menjadi pengingat bahwa inklusivitas harus menjadi bagian dari DNA kerja sama kita,” tambahnya.
Ketiga, Retno menekankan pentingnya solidaritas dalam menjaga hak atas pembangunan. Negara-negara Global South, menurutnya, harus memperkuat solidaritas dalam memajukan hak atas pembangunan guna mencapai kemakmuran, termasuk melalui hilirisasi.
“Kita harus menjaga kerja sama antara Asia dan Afrika sebagai pijakan untuk masa depan kita,” tandasnya.
Diskusi tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh dari berbagai kalangan, termasuk pemerintah, diplomat, akademisi, jurnalis, dan pemuda. Diskusi ini membahas identifikasi tantangan yang dihadapi oleh negara-negara Asia dan Afrika serta upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasinya.