Menperin : Beras Analog Sagu Potensial Sebagai Alternatif Pangan Utama
Bandung, Penjuru – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa beras analog sagu memiliki potensi sebagai pangan utama pengganti beras, terutama dalam menghadapi kelangkaan pasokan beras.
Menperin menegaskan hal ini mengingat Indonesia memiliki lahan sagu seluas 5,5 juta hektar yang berpotensi menghasilkan pati sagu sebanyak 34,3 juta ton.
“Dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan domestik, pemerintah berupaya untuk mencari sumber-sumber alternatif. Salah satu sumber alternatif yang banyak tersedia adalah sagu, yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan pengganti sumber karbohidrat utama,” ujar Menperin di Jakarta pada hari Senin.
Menurut Menperin, selain menjadi alternatif utama bahan pangan, beras analog sagu juga dianggap lebih sehat karena mengandung pati resisten yang tinggi, serta memiliki indeks glikemik rendah, yang bermanfaat untuk mengontrol kadar gula darah dalam tubuh dan mencegah diabetes.
Lebih lanjut, Menperin menyampaikan bahwa untuk mewujudkan hal ini, pihaknya terus berkoordinasi dengan berbagai kementerian dan lembaga terkait guna memastikan pasokan bahan baku yang memadai.
“Jika industri-industri yang terkait dengan sagu sudah siap, yang perlu dipersiapkan selanjutnya adalah pasokan bahan baku sagu,” tambahnya.
Sebelumnya, pada Jumat (8/3), Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, mengungkapkan bahwa pemerintah telah bekerja sama dengan beberapa industri besar produsen pati sagu nasional untuk meningkatkan penggunaan produksi sagu.
“Utilisasi produksi industri pati sagu nasional saat ini masih rendah, yaitu di bawah 30 persen, hal ini disebabkan oleh keterbatasan industri dalam mendapatkan bahan baku empulur sagu,” katanya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pemerintah sedang berupaya untuk mengembangkan model bisnis industri dengan menggunakan sagu basah produksi UMKM sebagai bahan baku di industri tersebut.
Pemanfaatan sagu basah UMKM dianggap dapat memperlambat proses oksidasi, memperluas jangkauan bahan baku industri, serta memberikan nilai tambah bagi petani sagu.